RIYADH, KOMPAS.TV – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), dilaporkan merasa khawatir akan menjadi sasaran pembunuhan terkait upayanya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Kekhawatiran ini diungkapkan dalam pembicaraannya dengan anggota parlemen Amerika Serikat (AS), sebagaimana dilaporkan oleh media AS Politico, Rabu (14/8/2024).
Menurut sumber yang mengetahui percakapan tersebut, sang Putra Mahkota Saudi menyampaikan kekhawatirannya dengan mengacu pada kegagalan AS melindungi Presiden Mesir, Anwar Sadat.
Sadat dibunuh pada Oktober 1981 setelah menormalisasi hubungan dengan Israel, langkah yang kala itu memicu kemarahan di dunia Arab.
Arab Saudi, yang merupakan rumah bagi dua situs paling suci dalam Islam dan salah satu negara muslim paling berpengaruh di dunia, hingga kini belum mengakui Israel.
Riyadh juga tidak bergabung dalam Kesepakatan Abraham pada tahun 2020 yang dimediasi AS.
Kesepakatan itu memungkinkan beberapa negara Teluk seperti Bahrain, Uni Emirat Arab, serta Maroko menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Namun, pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mendorong keras agar Riyadh menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv.
Untuk itu, Mohammed bin Salman disebut meminta berbagai imbalan dari Washington, termasuk pakta keamanan yang kuat, dukungan untuk program nuklir sipil Saudi, serta investasi ekonomi.
Meski perang Israel di Gaza dan korban jiwa yang terus bertambah telah membuat situasi semakin rumit, Arab Saudi tetap membuka peluang normalisasi hubungan dengan Israel.
Baca Juga: Israel Disebut Telah Bunuh 2.100 Bayi dan Balita Palestina di Gaza, Teranyar Dua Bayi Kembar
Riyadh menegaskan bahwa langkah tersebut hanya akan terjadi jika jalur menuju negara Palestina menjadi lebih jelas.
Sumber : Politico/The New Arab
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.