KURSK, KOMPAS.TV - Warga Kota Kursk, kota Rusia yang diserang Ukraina, merasa telah dilupakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Mereka mengungkapkan curahan hatinya yang merasa telah ditinggalkan pemerintah Rusia tanpa dievakuasi dari lokasi penyerangan.
Sekitar 40 orang yang kebanyakan perempuan merekam apa yang terjadi di kota mereka, ketika pasukan Ukraina menyerang wilayah Kursk, yang berada di perbatasan Rusia dan Ukraina.
Baca Juga: Dokter Dibunuh dan Diperkosa di India, Puluhan Ribu Perempuan Demonstrasi di Malam Hari
Wilayah Kursk sendiri diserbu pasukan Ukraina pada Selasa (6/8/2024).
“Kami ditinggalkan sendiri. Tanpa anak, tanpa perlindungan, tanpa uang. Anak-anak kami ketakutan untuk tidur saat malam,” ujar perempuan di rekaman tersebut dikutip dari Financial Times, Rabu (14/8/2024).
Video itu muncul di blog Instagram yang disebut Our Native Sudzha, pada malam 6 Agustus.
Saat itu, lebih dari 10 jam telah berlalu sejak Ukraina melancarkan serangan kejutannya, yang diduga menguasai beberapa lingkungan di Sudzha.
“Tidak ada evakuasi dari kawasan Sudzha. Orang-orang menyeberangi sungai dengan perahu, di bawah penembakan, dan berjalan melalui hutan. Ini adalah orang-orang biasa, bantu mereka mengungsi,” ujar perempuan lain di video tersebut.
Sejumlah warga mengatakan, pada hari pertama serangan tidak ada evakuasi yang terorganisir.
Orang-orang kabur dengan cara yang bisa mereka lakukan, bahkan banyak yang meninggalkan barang bawaannya dan terkadang meninggalkan kerabat dan hewan peliharaan.
Otoritas Rusia sejak itu memerintahkan evakuasi di dekat perbatasan, dengan lebih dari 133.000 orang diyakini dipindahkan ke tempat aman, termasuk ke wilayah Ukraina yang diduduki.
Baca Juga: Ukraina Janji Hentikan Serangan ke Kursk asal Rusia Sepakat Kembalikan Perdamaian
Tentara Ukraina mengeklaim telah menduduki Sudzha, termasuk stasiun transit di salah satu jalur pipa gas yang masih berfungsi di Eropa Tengah.
Menurut pejabat Rusia, 12 orang tewas dan lebih dari 120 orang terluka sejak awal penyerbuan.
Jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih besar dari yang diberitakan.
Sumber : Financial Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.