JAKARTA, KOMPAS.TV — Sebuah kelompok peretas atau hacker yang diduga memiliki keterkaitan dengan Iran dilaporkan menargetkan akun email atau surel pribadi sejumlah individu yang berhubungan dengan kampanye mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, serta upaya pemilihan kembali Presiden AS Joe Biden. Hal ini diungkapkan oleh Google’s Threat Analysis Group pada Rabu (14/8/2024).
Serangan siber yang dilakukan oleh kelompok APT42, yang diyakini memiliki hubungan dengan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, terjadi pada Mei dan Juni lalu.
Kelompok ini secara konsisten menargetkan akun email pribadi sekitar selusin orang, termasuk pejabat pemerintah AS saat ini dan mantan pejabat, kampanye politik, diplomat, serta individu yang bekerja di lembaga think tank, LSM, dan institusi akademik yang berkontribusi dalam diskusi kebijakan luar negeri.
Menurut Google, APT42 berhasil melakukan banyak upaya login ke akun email target meskipun sebagian besar upaya tersebut berhasil diblokir.
"Laporan publik baru-baru ini menunjukkan bahwa APT42 telah berhasil membobol akun-akun di berbagai penyedia layanan email," ujar pihak Google dikutip dari Anadolu.
Google menegaskan bahwa selain segera mengamankan akun-akun yang telah disusupi dan mengeluarkan peringatan kepada para target, perusahaan tersebut juga melaporkan aktivitas jahat ini kepada penegak hukum pada awal Juli. Kerja sama dengan pihak berwenang hingga kini masih terus berlangsung.
Baca Juga: Biden: Serangan Iran ke Israel Bisa Ditunda jika Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Hamas Tercapai
Sebagai langkah pencegahan, Google juga menginformasikan kepada pejabat kampanye di AS mengenai meningkatnya aktivitas jahat dari aktor negara asing, serta menekankan pentingnya memperkuat perlindungan keamanan akun, terutama untuk akun email pribadi.
Selain pejabat AS, kelompok peretas APT42 juga menargetkan sejumlah pejabat Israel. Mereka menggunakan taktik rekayasa sosial dengan menyamar sebagai jurnalis yang mencari komentar mengenai serangan udara.
Selain itu, APT42 juga mengirim email rekayasa sosial kepada diplomat, akademisi, LSM, dan entitas politik Israel. Email tersebut dikirim dari berbagai penyedia layanan email, namun tidak mengandung konten berbahaya.
Di sisi lain, FBI baru-baru ini mengumumkan sedang menyelidiki dugaan peretasan terhadap kampanye Donald Trump setelah Trump mengeklaim adanya keterlibatan Iran dalam serangan tersebut.
Meskipun FBI belum mengonfirmasi detailnya, mereka mengakui adanya "intrusi siber terhadap kampanye."
Penelusuran ini muncul setelah kampanye Trump melaporkan adanya pelanggaran dokumen, yang menurut laporan dari Microsoft, melibatkan upaya phishing oleh Iran terhadap seorang pejabat kampanye. Namun, Iran telah membantah keterlibatannya dalam serangan siber ini.
Sementara itu, Joe Biden mengakhiri upaya pemilihan kembali dirinya bulan lalu dan menyerahkan kendali kampanye kepada Wakil Presiden Kamala Harris yang saat ini menjadi calon penggantinya.
Baca Juga: Khamenei Tepis Harapan Biden, Sebut Iran Tak Akan Bisa Didesak Mengubah Keputusan Menyerang Israel
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.