YERUSALEM, KOMPAS.TV - Ketegangan dalam pemerintahan Israel semakin memuncak menyusul saling serang secara terbuka antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Perselisihan ini mencerminkan ketidakpuasan yang tumbuh terhadap cara Netanyahu menangani perang di Gaza pada saat yang sangat kritis.
Israel sedang bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan dari Iran setelah ledakan di Teheran menewaskan seorang pemimpin Hamas, serangan yang dituduhkan pada Israel.
Sementara itu, negosiasi baru mengenai gencatan senjata antara Israel dan Hamas dijadwalkan akan dimulai akhir pekan ini.
Hari Senin, media Israel melaporkan bahwa Gallant mengkritik pernyataan Netanyahu tentang "kemenangan total", yang sering diulang selama perang yang telah berlangsung 10 bulan di Gaza.
Gallant menyebut pernyataan tersebut sebagai "omong kosong". Ia menegaskan, “Saya tidak akan menerima pernyataan yang tidak realistis seperti itu. Apa yang kita butuhkan adalah rencana yang jelas dan terukur.”
Perang ini dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang Israel dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera di Gaza.
Sejak saat itu, 40.000 warga Palestina tewas. Netanyahu sering dikritik, termasuk oleh anggota pemerintahannya sendiri, karena dianggap tidak memiliki tujuan strategis yang jelas, rencana pasca-perang untuk Gaza, atau bahkan definisi spesifik tentang apa yang dimaksud dengan "kemenangan total."
Baca Juga: 2.000-an Yahudi Serbu Kompleks Masjid Al Aqsa, Blinken Semprot Menteri Israel: Ini Aksi Provokatif
Komentar Gallant ini diduga disampaikan dalam pertemuan tertutup dengan komite parlemen Israel dan kemudian bocor ke media.
Netanyahu merespons dengan menyatakan bahwa Gallant seharusnya mengkritik pemimpin Hamas Yahya Sinwar, bukan dirinya.
"Ketika Gallant mengadopsi narasi anti-Israel, dia merusak peluang untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera," kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan.
Gallant mencoba meredakan ketegangan dengan menyatakan bahwa prioritas utamanya adalah "melindungi warga Israel dan melukai musuh kita."
Gallant, yang merupakan anggota partai Likud pimpinan Netanyahu, sudah pernah membuat marah sang Perdana Menteri tahun lalu ketika secara terbuka menentang rencana kontroversial Netanyahu untuk mengubah sistem peradilan Israel.
Ketika Netanyahu mencoba memecat Gallant, protes besar-besaran terjadi, dengan ratusan ribu warga Israel turun ke jalan pada tengah malam.
Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa Netanyahu saat ini tidak mempertimbangkan untuk memecat Gallant.
Gallant adalah salah satu suara moderat yang tersisa di pemerintahan Netanyahu setelah Benny Gantz, seorang politikus sentris, meninggalkan koalisi persatuan awal tahun ini.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.