TOKYO, KOMPAS TV - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, hati Jumat (9/8/2024) membatalkan rencana kunjungannya ke Asia Tengah setelah para ilmuwan memperingatkan kemungkinan terjadinya "gempa super besar" atau Megaquake di lepas pantai selatan Jepang. Hal itu membuat Kishida harus tetap di Jepang untuk memimpin respons pemerintah.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) telah mengeluarkan peringatan khusus mengenai kemungkinan gempa besar yang disebut "megaquake". Peringatan ini muncul setelah gempa berkekuatan 7,1 mengguncang wilayah dekat Pulau Kyushu pada Kamis lalu.
Palung Nankai, yang terletak di sepanjang pantai Pasifik Jepang, dikenal sebagai salah satu sumber gempa terbesar di masa lalu, dan kembali menjadi perhatian.
Setelah gempa tersebut, para ahli seismologi JMA langsung menggelar pertemuan darurat untuk menganalisis apakah gempa tersebut mempengaruhi Palung Nankai dan meningkatkan risiko gempa yang lebih besar. Mereka meminta masyarakat untuk waspada setidaknya selama seminggu ke depan.
Meskipun gempa Kamis lalu menyebabkan 16 orang terluka, sebagian besar hanya luka ringan, dan tidak ada kerusakan besar yang dilaporkan. Peringatan tsunami yang sempat dikeluarkan di beberapa wilayah juga sudah dicabut.
Kishida pun memutuskan untuk membatalkan perjalanannya ke Kazakhstan, Uzbekistan, dan Mongolia yang sedianya berlangsung pada 9-12 Agustus.
"Saya memutuskan untuk tetap berada di Jepang setidaknya selama seminggu untuk memastikan bahwa semua langkah pemerintah dan komunikasi berjalan lancar," kata Kishida.
Sebagai tanggapan atas peringatan ini, Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang menginstruksikan 707 kota dan desa yang berpotensi terdampak gempa Palung Nankai untuk meninjau kembali rencana tanggap bencana dan evakuasi mereka.
Baca Juga: Jepang Dilanda Gempa M7,1, Warga Diimbau Waspadai Gempa Lebih Besar, Bisa Terjadi dalam Waktu Dekat
Peringatan "megaquake" ini langsung menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Pemerintah daerah, operator kereta api, dan berbagai lembaga lainnya mulai mengambil langkah pencegahan, yang berdampak pada rencana liburan masyarakat selama minggu libur Obon.
Beberapa kota bahkan menutup taman atau membatalkan acara-acara yang direncanakan dalam minggu ini, meskipun para ahli menegaskan bahwa tidak perlu menghentikan aktivitas sehari-hari. Peringatan ini hanya untuk meningkatkan kewaspadaan akan kemungkinan terjadinya gempa dalam jangka panjang, tanpa ada kepastian waktu dan lokasi yang jelas.
Sekretaris Kabinet, Yoshimasa Hayashi, mengimbau masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas sosial dan ekonomi sehari-hari, termasuk bepergian.
Namun, beberapa kota seperti Higashi Osaka mengimbau warganya untuk menunda perjalanan yang tidak mendesak. Kota-kota lain membuka tempat penampungan darurat, meminta warga untuk menyiapkan persediaan makanan dan air, serta membahas rencana evakuasi bersama keluarga.
Kota pantai terkenal, Shirahama di Prefektur Wakayama, mengumumkan bahwa empat pantainya, pemandian air panas, taman, dan fasilitas lainnya akan ditutup selama seminggu. Festival kembang api tahunan yang seharusnya diadakan pada Sabtu juga dibatalkan.
Aoshima, resor pantai yang juga populer di Prefektur Miyazaki, yang paling terdampak oleh gempa Kamis lalu, juga ditutup.
Operator kereta api di wilayah tersebut menyatakan bahwa mereka akan mengurangi kecepatan operasional kereta sebagai langkah pencegahan.
Dalam sebuah laporan tahun 2013, tim pencegahan bencana pemerintah memperingatkan bahwa jika gempa berkekuatan 9,1 terjadi di dekat pantai selatan, tsunami yang dihasilkan bisa mencapai lebih dari 10 meter dengan korban jiwa lebih dari 300.000 orang dan kerugian ekonomi lebih dari 220 triliun yen (sekitar Rp 23.000 triliun) dalam skenario terburuk.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.