YERUSALEM, KOMPAS.TV - Ketegangan antara Netanyahu dan Gedung Putih makin terlihat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah pernyataan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby, Rabu (7/8/2024), terkait usulan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Netanyahu mengeklaim pemerintahnya belum menerima jawaban dari kelompok perlawanan Palestina mengenai usulan gencatan senjata dan pertukaran tahanan, meski telah menyampaikan “usulan yang jelas” dan mengirimkan tim negosiasi ke Kairo pada Sabtu lalu.
Kirby sebelumnya menyatakan bahwa “ada usulan yang baik di depan kedua pihak, dan mereka perlu menyetujuinya agar bisa diterapkan.”
Ia menambahkan, AS yakin kedua belah pihak “perlu menyelesaikan beberapa hal terakhir” untuk mencapai kesepakatan.
Tim negosiasi Israel kembali ke Tel Aviv setelah hanya beberapa jam di Kairo. Menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, kembalinya tim tersebut disebabkan ketidaksepakatan dengan Netanyahu, namun alasan pastinya tidak diungkapkan.
Hingga kini, mediator Mesir dan Qatar, serta Hamas, belum memberikan komentar tentang kelanjutan negosiasi, terutama setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada Rabu lalu.
Baca Juga: AS Ungkap Gencatan Senjata Gaza Sangat Dekat, tapi Akan Bela Israel jika Iran Balas Serangan
Pada 31 Mei 2024, Presiden AS Joe Biden mengungkapkan bahwa Israel mengajukan rencana tiga tahap untuk mengakhiri permusuhan di Gaza dan membebaskan sandera. Rencana ini meliputi gencatan senjata, pertukaran tahanan-sandera, dan rekonstruksi Gaza.
Situasi semakin mendesak mengingat serangan Israel yang berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober lalu, meski Dewan Keamanan PBB telah meminta gencatan senjata segera.
Gedung Putih mengungkapkan Israel dan Hamas hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata. Kirby mengatakan, “Kesepakatan sangat dekat lebih dari yang pernah kita rasakan sebelumnya.”
Kirby juga menegaskan AS tengah melakukan “diplomasi intensif” untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah dan memantau ketegangan antara Iran dan Israel dengan cermat. AS telah memindahkan “kemampuan signifikan” ke wilayah tersebut dan siap membela Israel jika terjadi serangan.
Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 40.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 91.600 terluka.
Setelah hampir 10 bulan serangan Israel, banyak wilayah Gaza dalam keadaan hancur dan mengalami kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.