Kompas TV internasional kompas dunia

Profil Presiden Sementara Bangladesh Muhammad Yunus: Bankir Kaum Miskin Peraih Nobel

Kompas.tv - 7 Agustus 2024, 07:43 WIB
profil-presiden-sementara-bangladesh-muhammad-yunus-bankir-kaum-miskin-peraih-nobel
Muhammad Yunus, penerima Nobel Perdamaian yang dikenal sebagai pelopor mikrofinansial, ditunjuk oleh para pemimpin protes di Bangladesh untuk memimpin pemerintahan sementara setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina digulingkan. (Sumber: AP Photo / Al Jazeera)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

DHAKA, KOMPAS.TV - Muhammad Yunus, penerima Nobel Perdamaian yang dikenal sebagai pelopor mikrofinansial, ditunjuk oleh para pemimpin protes di Bangladesh untuk memimpin pemerintahan sementara setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina digulingkan. Selama ini, Hasina sering mengecam Yunus dalam berbagai pidato dan menggunakan jalur hukum untuk menekannya.

Pria berusia 84 tahun ini, yang dijuluki sebagai "bankir bagi yang termiskin dari yang miskin", dianugerahi Nobel Perdamaian pada tahun 2006 atas upayanya memberikan pinjaman kecil kepada perempuan di pedesaan. Pinjaman ini memungkinkan mereka untuk berinvestasi dalam alat pertanian atau peralatan usaha, sehingga dapat meningkatkan penghasilan mereka.

Grameen Bank, lembaga mikrofinansial yang didirikan oleh Yunus, dipuji karena berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat di Bangladesh. Kinerja bank ini juga menginspirasi banyak negara berkembang lainnya untuk menerapkan model serupa.

"Manusia tidak dilahirkan untuk menderita dalam kelaparan dan kemiskinan," ujar Yunus dalam pidato Nobel-nya, mengajak audiens untuk membayangkan dunia di mana kemiskinan hanya tinggal sejarah.

Namun, popularitas Yunus di Bangladesh malah memancing permusuhan dari Hasina, yang pernah menuduhnya "menghisap darah" dari rakyat miskin.

Sebelum pengunduran dirinya yang mendadak pada 5 Agustus, masa kepemimpinan Hasina selama 15 tahun ditandai dengan meningkatnya intoleransi terhadap perbedaan pendapat. Popularitas Yunus membuatnya dipandang sebagai saingan potensial.

Pada tahun 2007, Yunus sempat mengumumkan rencananya untuk mendirikan partai "Citizen Power" guna mengakhiri budaya politik konfrontatif di Bangladesh, yang sering kali diwarnai ketidakstabilan dan periode pemerintahan militer.

Namun, ambisi politiknya itu berhenti hanya dalam beberapa bulan, tetapi permusuhan yang muncul dari tantangannya terhadap elite penguasa tetap berlanjut.

Baca Juga: Presiden Bangladesh Bubarkan Parlemen, Demonstran Ingin Negara Dipimpin Peraih Nobel Perdamaian

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina berbicara dalam konferensi pers di Dhaka, Bangladesh, pada 6 Januari 2014. Hasina melarikan diri ke India dengan helikopter hari Senin, 5/8/2024, saat pengunjuk rasa menentang jam malam militer untuk berbaris ke ibu kota, dengan ribuan orang akhirnya menyerbu kediamannya dan bangunan lain yang terkait dengan partainya. (Sumber: AP Photo)

Yunus menghadapi lebih dari 100 kasus kriminal dan menjadi sasaran kampanye fitnah oleh sebuah lembaga Islam yang didukung negara, yang menuduhnya mempromosikan homoseksualitas.

Pada tahun 2011, pemerintah secara paksa mencopotnya dari jabatan di Grameen Bank, sebuah keputusan yang diperjuangkan Yunus namun akhirnya disahkan oleh pengadilan tertinggi Bangladesh.

Pada Januari tahun ini, Yunus dan tiga rekannya dari salah satu perusahaan yang ia dirikan dijatuhi hukuman enam bulan penjara oleh pengadilan tenaga kerja Dhaka atas tuduhan tidak mendirikan dana kesejahteraan pekerja. Namun, mereka langsung dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu proses banding.

Keempatnya membantah tuduhan tersebut, dan berbagai organisasi pengawas, termasuk Amnesty International, mengkritik kasus ini sebagai bermotif politik.




Sumber : Straits Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x