KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim marah usai Facebook mengapus postingannya terkait pembunuhan Ketua Hamas Ismail Haniyeh.
Ia mengatakan perusahaan induk Facebook, Meta, melakukan tindakan pengecut pada Kamis (1/8/2024).
Kemarahan Anwar Ibrahim itu menjadi babak baru dalam perselisihan terakhir pemerintahannya dengan Meta mengenai konten yang diblokir.
Baca Juga: Kata Pemimpin Hizbullah Usai Komandan Militernya Dibunuh Israel, Perang Bakal Segera Terjadi?
Malaysia merupakan pendukung Palestina, dan Anwar Ibrahim memposting rekaman videonya yang menghubungi pejabat Hamas untuk menyampaikan duka citanya atas kematian Haniyeh di Facebook.
Namun, oleh Facebook postingannya tersebut kemudian dihapus.
Haniyeh tewas dibunuh oleh sebuah serangan di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024) pagi waktu setempat.
Hal ini pun memunculkan kekhawatiran konflik di Gaza akan membesar dan menjadi perang di Timur Tengah.
Anwar Ibrahim yang bertemu dengan Haniyeh di Qatar, pada Mei lalu, mengatakan ia memiliki hubungan politik yang baik dengan pemimpin politik Hamas itu.
Tetapi, ia menegaskan tak memiliki hubungan dalam level militer.
“Biar ini menjadi pesan yang jelas dan tegas kepada Meta. Hentikan tindakan pengecut ini,” tulis Anwar Ibrahim di laman Facebook-nya dikutip dari The Strait Times.
Meta tak segera merespons saat diminta komentarnya terkait pernyataan Anwar Ibrahim.
Menteri Komunikasi Malaysia Fahmi Fadzil mengatakan telah meminta penjelasan Meta, namun tidak jelas apakah postingan itu otormatis dihapus, atau dihapus setelah ada keluhan.
Malaysia sendiri sebelumnya telah mengeluh pada Meta karena menghapus kontennya, termasuk laporan media lokal atas pertemuan Anwar Ibrahim dan Haniyeh.
Baca Juga: Rusia-AS Tukar Tahanan, 24 Napi Dibebaskan Termasuk Jurnalis Evan Gershkovich
Liputan media lokal tersebut kemudian mengembalikan postingan tersebut.
Meta pada saat itu mengatakan pihaknya tak sengaja menekan suara-suara di platform Facebook-nya, dan tak membatasi konten yang mendukung Palestina.
Meta sendiri telah menetapkan Hamas, Gerakan Islam Palestina yang memerintah Gaza, sebagai organisasi berbahaya, dan melarang konten yang memuji kelompok tersebut.
Sumber : The Strait Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.