DAKAR, KOMPAS.TV - Dalam operasi global yang menargetkan kelompok kejahatan terorganisir Afrika Barat di lima benua, polisi internasional Interpol menangkap 300 orang, menyita Rp14,8 miliar, dan memblokir 720 rekening bank, kata Interpol pada Selasa (16/7/2024).
Operasi Jackal III, yang berlangsung dari 10 April hingga 3 Juli di 21 negara, bertujuan untuk memerangi penipuan keuangan online dan sindikat Afrika Barat di baliknya, kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Associated Press, Rabu (17/7/2024).
"Volume penipuan keuangan yang berasal dari Afrika Barat sangat mengkhawatirkan dan terus meningkat," kata Isaac Oginni, direktur Pusat Kejahatan Keuangan dan Anti-Korupsi Interpol.
"Hasil operasi ini menekankan pentingnya kerja sama penegakan hukum internasional untuk melawan jaringan kriminal yang luas ini."
Salah satu kelompok yang menjadi target adalah Black Axe, salah satu jaringan kriminal terbesar di Afrika Barat. Black Axe beroperasi dalam penipuan siber, perdagangan manusia, penyelundupan narkoba, dan bertanggung jawab atas kejahatan kekerasan baik di dalam Afrika maupun secara global, tambah lembaga tersebut.
Black Axe menggunakan money mules atau pembawa uang untuk membuka rekening bank di seluruh dunia dan kini sedang diselidiki di lebih dari 40 negara terkait kegiatan pencucian uang, kata lembaga itu. Para tersangka termasuk warga dari Argentina, Kolombia, Nigeria, dan Venezuela.
Di Argentina, setelah penyelidikan selama lima tahun, polisi menindak Black Axe dan menyita $1,2 juta atau Rp19,4 miliar uang palsu berkualitas tinggi, menangkap 72 tersangka, dan membekukan sekitar 100 rekening bank.
Sementara itu dalam kejahatan serupa, polisi kriminal Portugal membongkar jaringan Nigeria yang terlibat dalam perekrutan money mules atau penyelundup uang, yang mencuci dana korban penipuan keuangan online di seluruh Eropa. Lebih dari 25 anggota sindikat diidentifikasi dalam proses tersebut.
Baca Juga: Gawat, Interpol Ungkap Krisis Perdagangan Manusia di Asia Tenggara Kini Sudah Jadi Krisis Global
Data dari komputer dan telepon yang disita mengungkapkan transfer besar ke rekening bank Nigeria, transaksi crypto currency, dan operasi pencucian uang yang canggih.
Kantor pusat Interpol membantu negara-negara dengan memfasilitasi pertukaran intelijen dan identifikasi serta penangkapan tersangka.
Operasi Jackal III mengerahkan kekuatan polisi, unit intelijen keuangan, kantor pemulihan aset, dan mitra sektor swasta di Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Pantai Gading, Prancis, Jerman, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Belanda, Nigeria, Portugal, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.
Interpol, yang memiliki 196 negara anggota dan merayakan ulang tahun ke-100 tahun lalu, bekerja untuk membantu kepolisian nasional berkomunikasi satu sama lain dan melacak tersangka dan penjahat di bidang seperti penanggulangan terorisme, kejahatan keuangan, pornografi anak, kejahatan siber, dan kejahatan terorganisir.
Organisasi polisi terbesar di dunia ini sedang menghadapi tantangan baru, termasuk meningkatnya kasus kejahatan siber dan pelecehan seksual anak, serta meningkatnya perpecahan di antara negara-negara anggotanya.
Interpol memiliki anggaran total sekitar 176 juta euro atau sekitar Rp3,1 triliun tahun lalu, sementara badan polisi Uni Eropa, Europol beranggaran lebih dari 200 juta euro atau Rp3,5 triliun, dan FBI di Amerika Serikat sekitar $11 miliar atau hampir Rp178 triliun.
Sumber : Associated Press / Interpol
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.