WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyambut para pemimpin NATO dalam acara peringatan 75 tahun organisasi tersebut di Washington pada Selasa (9/7/2024).
Biden menegaskan kembali komitmen kuat Amerika Serikat terhadap aliansi di tengah meningkatnya agresi Rusia terhadap Ukraina.
Dalam pidato pembukaannya, Biden menyatakan bahwa NATO kini lebih kuat dari sebelumnya dengan 32 negara anggota.
"NATO lebih kuat dari sebelumnya—32 negara kuat," ujar Biden dengan suara tegas dikutip dari Associated Press.
"Ini saat yang tepat kita menjadi lebih kuat, karena momen sejarah ini menuntut kekuatan kolektif kita," tambahnya.
Selama tiga hari pertemuan puncak NATO, Biden dihadapkan pada serangkaian diskusi sulit tentang keamanan global.
Pada hari Selasa, Biden mengumumkan langkah-langkah penting yang diambil oleh AS dan negara-negara NATO lainnya untuk memperkuat pertahanan udara Ukraina yang kewalahan dalam perang dengan Rusia.
AS, Jerman, dan Rumania akan menyumbangkan baterai Patriot tambahan. Sementara Belanda dan sekutu lainnya akan menyumbangkan komponen tambahan.
Italia, bulan lalu juga mengumumkan akan mengirimkan sistem pertahanan SAMP/T untuk membantu Ukraina.
Dalam acara tersebut, Biden juga memberikan Medali Kebebasan Presiden kepada Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang telah menjabat selama 10 tahun.
"Stoltenberg adalah profesional yang sangat berdedikasi," kata Biden.
Baca Juga: Momen Joe Biden Tegaskan Tolak Mundur dari Capres AS
Namun, di balik pertemuan ini, ada tantangan politik domestik yang harus dihadapi Biden dengan sisa waktu kurang dari empat bulan sebelum Pemilu AS.
Pertemuan ini berlangsung di saat yang sulit bagi kepresidenan Biden di mana berapa anggota DPR dari Partai Demokrat secara terbuka meminta Biden untuk menghentikan kampanye pencalonannya.
Selain itu, sejumlah kelompok juga berpengaruh menyuarakan kekhawatiran mengenai kelayakan Biden dalam menghadapi Trump di pemilu mendatang.
Beberapa pejabat senior pemerintahan mengatakan, meski Biden menunjukkan pemahaman yang kuat tentang isu-isu besar seperti invasi Rusia ke Ukraina dan ancaman dari China.
Terkadang ia tampak bingung mengenai tindakan spesifik dan bertahap yang perlu diambil oleh negara atau kelompok.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.