TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan daftar permintaan yang tak bisa dinegosiasikan.
Salah satunya adalah garansi bahwa Israel bisa kembali menyerang Gaza.
Daftar tersebut dikeluarkan Netanyahu, Minggu (7/7/2024) malam di tengah upaya kembalinya negosiasi antara Israel-Hamas terkait gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza.
Baca Juga: Rusia Janjikan Pembalasan Atas Serangan Drone Ukraina di Perbatasan, Sinyalkan Dilakukan Waktu Dekat
Ia ingin permintaan yang tak bisa dinegosiasikan itu disetujui jika kesepakatan gencatan senjata sementara dengan Hamas hendak dilakukan.
Dikutip dari The Times of Israel, permintaan Netanyahu itu pun memantik kemarahan. Baik dari dalam Israel dan juga para mediator.
Beberapa pihak menuduhnya berusaha menyabotase kemajuan yang telah dicapai dengan susah payah.
Pembaruan negosiasi yang diupayakan Mesir dan Qatar muncul setelah Hamas pada Sabtu (6/7/2024) mengatakan siap membahas mengenai kesepakatan pembebasan sandera.
Juga mengakhiri perang di Gaza, tanpa komitmen untuk melakukan gencatan senjata menyeluruh dan permanen.
Perubahan sikap Hamas mengenai usulan gencatan senjata bertahap.
Kesepakatan pertukaran sandera di Gaza yang didukung Amerika Serikat (AS), berpotensi membuka jalan bagi jeda pertempuran sejak November lalu.
Meski begitu, semua pihak telah memperingatkan bahwa kesepakatan masih belum terjamin.
Pada empat daftar tuntutan yang tak bisa dinegosiasikan, pihak Kantor PM Israel menyatakan, pertama bahwa setiap potensi kesepakatan harus memungkinkan Israel kembali dan berperang hingga semua tujuan perang tercapai.
Baca Juga: Pejabat Senior Hamas Tewas Terbunuh akibat Serangan Udara Israel ke Sekolah di Gaza
Selain itu, pada pernyataan tuntutan itu juga berbunyi harus dipastikan kesepakatan tersebut tak mengizinkan penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza.
Juga tak memungkinkan kembalinya ribuan teroris bersenjata ke utara Jalur Gaza.
Terakhir pernyataan itu menambahkan, Israel akan memaksimalkan jumlah korban penculikan yang hidup, yang dibebaskan dari penahanan Hamas.
Sumber : The Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.