TEHERAN, KOMPAS.TV - Tokoh reformis Masoud Pezeshkian terpilih sebagai presiden Iran setelah menang dalam pemilihan umum.
Pezeshkian mengalahkan kandidat garis keras Saeed Jalili setelah hasil pemilu dikeluarkan otoritas pada Sabtu (6/7/2024).
Janji Pezeshkian yang akan mencoba menggapai Barat dan memperlunak penegakan hukum wajib jilbab di Iran, setelah bertahun-tahun sanksi dan protes.
Baca Juga: Janji Hizbullah saat Bertemu Hamas, Serangan ke Israel Berhenti Jika Gencatan Senjata Gaza Tercapai
Berdasarkan hasil penghitungan suara, Pezeshkian menjadi pemenang setelah mendapat 16,3 juta suara, dalam pemilu pada Jumat (5/6/2024).
Sedangkan Jalili mendapatkan 13,5 juta suara.
Pendukung Pezeshkian, yang merupakan dokter bedah jantung dan anggota parlemen memenuhi jalanan Teheran dan kota lainnya.
Dikutip dari The Guardian, Pezeshkian berjanji tak akan melakukan perubahan radikal pada kepemimpinan Syiah Iran pada kampanyenya.
Ia juga tetap menganggap pemimin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, sebagai penentu akhir segala urusan negara.
Namun, tujuan sederhana Pezeshkian pun akan ditentang oleh pemerintah Iran yang sebagian besar masih dipegang oleh politisi garis keras.
Putaran pemungutan suara pada 28 Juni menunjukkan jumlah pemilih terendah dalam Sejarah Republik Islam sejak revolusi 1979.
Baca Juga: Kandidat Pro-Palestina Menang di Pemilu Inggris, Bukti Banyak yang Ingin Perang di Gaza Berhenti
Pezehskian pun kini harus meyakinkan publik yang marah setelah bertahun-tahun dilanda masalah ekonomi dan kerusukan berdarah, bahwa ia mampu melakukan perubahan yang dijanjikannya.
Pezeshkian menggantikan posisi Ebrahim Raisi, yang meninggal karena kecelakaan helikopter, Mei lalu.
Raisi sebelumnya dilihat sebagai murid Khamenei, dan berpotensi menjadi penerus sebagai pemimpin tertinggi Iran.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.