TEHERAN, KOMPAS.TV - Hari pemilihan putaran kedua Pilpres Iran 2024 akan digelar pada Jumat (5/7/2024) besok. Tersisa dua kandidat setelah pilpres putaran pertama dilaksanakan pada 28 Juni 2024 lalu.
Iran tengah mencari pengganti Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter di dekat Azerbaijan pada 19 Mei 2024 lalu. Kandidat penerus Raisi akan berupaya merebut simpati publik di tengah tren partisipasi pemilih yang menurun di Iran.
Putaran kedua Pilpres Iran 2024 mempertemukan Masoud Pezeshkian, dokter bedah jantung yang dikenal sebagai politikus reformis, dan Saeed Jalili, profesor universitas yang pernah menjadi juru runding nuklir andalan Iran.
Berikut profil Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili yang berebut suara di putaran kedua Pilpres Iran 2024 pada Jumat (5/4) besok.
Masoud Pezeshkian lahir di Mahabad, barat laut Iran pada 29 September 1954. Pezeshkian sempat diterjunkan dalam Perang Iran-Irak (1980-1988) sebagai personel medis.
Baca Juga: Pilpres Iran Melaju ke Putaran 2, Jadi Pemilu dengan Partisipasi Pemilih Terendah dalam Sejarah
Setelah perang, Pezehskian tetap berkarier di dunia medis, menjadi dokter bedah jantung hingga ditunjuk sebagai rektor Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz.
Pada era Presiden Mohammad Khatami (1997-2005), Pezehskian terjun ke politik dan menjadi Wakil Menteri Kesehatan. Pezehskian kemudian menjadi anggota parlemen yang reformis.
Saat kematian Mahsa Amini pada 2022 lalu, Pezeshkian vokal mengkritik pemerintah, tetapi tetap berpihak pada Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei saat protes besar-besaran terjadi.
Jelang putaran kedua Pilpres Iran 2024, Pezeshkian menilai pemerintah kehilangan dukungan masyarakat karena harga-harga tinggi dan perlakuan diskriminatif terhadap perempuan.
"Kita kehilangan dukungan dari masyarakat karena kelakuan kita, harga-harga yang tinggi, perlakuan terhadap perempuan, dan penyensoran internet. Orang-orang tidak puas dengan kita karena kelakuan kita sendiri," kata Pezehskian dikutip Associated Press.
Berkebalikan dengan Pezehskian, Saeed Jalili dikenal sebagai kandidat konservatif yang siap meneruskan rezim teokrasi Iran. Bahkan, lawan-lawan politiknya menuduh Jalili adalah politikus bergaya Taliban.
Saeed Jalili lahir di Mashhad, Iran pada 6 September 1965. Ia turut berperang dalam Perang Iran-Irak dan dijuluki "Syuhada yang Masih Hidup" karena kehilangan kaki saat bertempur.
Sebelum terjun ke politik, Jalili dikenal sebagai profesor di sebuah universitas. Jalili kemudian bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Iran dan menjadi juru runding andalan negara itu dalam perundingan nuklir.
Sosok Jalili pun segera menarik perhatian diplomat-diplomat Barat melalui perundingan-perundingan nuklir yang alot. Eks juru runding AS yang kini menjadi Direktur CIA, William Burns menyebut Jalili sebagai "penganut sejati Revolusi Iran."
Kans Jalili menang Pilpres Iran disorot dunia Barat terkait perundingan nuklir yang kini masih buntu. Jika Jalili berkuasa, berbagai kalangan di Barat memperkirakan perundingan nuklir antara Iran dengan Barat tidak akan membuahkan hasil berarti.
Baca Juga: Pilpres Iran Lanjut ke Putaran Kedua, Pezeshkian Tantang Jalili
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.