BOGOTA, KOMPAS.TV - Kapal-kapal perang Rusia yang berlayar ke pelabuhan Havana, Kuba, meninggalkan negara kepulauan itu pada Senin (17/6/2024) setelah kunjungan selama lima hari.
Fregat Admiral Gorshkov, kapal penarik penyelamat, kapal bahan bakar, dan Kazan, kapal selam bertenaga nuklir, memasuki pelabuhan Havana hari Rabu lalu dengan sambutan 21 tembakan meriam.
Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel mengunjungi fregat canggih itu pada Minggu (16/6/2024). Fregat itu mampu menembakkan rudal hipersonik dengan kecepatan lebih dari 9.656 kilometer per jam.
"Ini adalah ekspresi dari hubungan persahabatan, persaudaraan, dan kerja sama yang solid dan historis yang ada antara rakyat, pemerintah, dan Angkatan Bersenjata kita," kata Diaz-Canel.
Kementerian Pertahanan Kuba dan Amerika Serikat (AS) mengatakan kapal-kapal tersebut tidak mewakili "ancaman bagi kawasan". Tetapi, Pentagon mengirim kapal selam serang cepat bertenaga nuklir ke pangkalan angkatan laut AS di Teluk Guantanamo, sekitar 804 kilometer tenggara dari tempat kapal-kapal Rusia berlabuh.
Pejabat AS mengatakan mereka mengawasi kunjungan tersebut dengan ketat.
Baca Juga: Armada Canggih 3 Kapal Perang dan 1 Kapal Selam Nuklir Rusia Tiba Perairan Kuba, Ada Apa?
Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, Carlos Fernandez de Cossio, mengatakan pemerintah Kuba tidak setuju dengan kedatangan kapal selam AS.
"Kunjungan angkatan laut ke suatu negara biasanya hasil dari undangan, dan ini bukan seperti itu," kata Fernandez de Cossio.
"Kami tidak menyukai kehadiran di wilayah kami (kapal selam) milik kekuatan yang mempertahankan kebijakan resmi dan praktis yang bersikap bermusuhan terhadap Kuba," tambahnya.
Baik Kuba maupun Rusia mengatakan operasi ini "sesuai dengan hubungan persahabatan historis" antara kedua negara dan terjadi dalam "kerangka kerja sama internasional" yang ada di antara mereka.
Kedua negara telah menjadi sekutu lama, tetapi pengerahan kapal perang di perairan sekitar negara kepulauan ini dilihat sebagai unjuk kekuatan oleh Moskow.
Langkah Rusia ini terjadi pada saat yang sangat tegang antara Washington dan Moskow, beberapa minggu setelah Presiden AS Joe Biden setuju untuk mengizinkan Ukraina menyerang wilayah dalam Rusia dengan senjata Amerika.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.