Kompas TV internasional kompas dunia

Gantz Mundur dari Kabinet Perang, Menteri Ekstremis Israel: Ini Peluang Besar Menang Total di Gaza

Kompas.tv - 11 Juni 2024, 07:14 WIB
gantz-mundur-dari-kabinet-perang-menteri-ekstremis-israel-ini-peluang-besar-menang-total-di-gaza
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir menyebut pengunduran diri Menteri Kabinet Perang Benny Gantz sebagai peluang sangat besar untuk mencapai kemenangan total di Jalur Gaza, Senin (10/6/2024). (Sumber: Anadolu)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir menyebut pengunduran diri Menteri Kabinet Perang Benny Gantz sebagai "peluang sangat besar" untuk mencapai "kemenangan total" di Jalur Gaza, Senin (10/6/2024).

"Rakyat Israel menginginkan kemenangan di selatan, rakyat Israel menginginkan kemenangan di utara, rakyat Israel ingin menghentikan kebijakan bahan bakar dan bantuan kemanusiaan, yang sebagian besar akhirnya jatuh ke tangan Hamas. Ini bukan cara negara yang ingin menang," kata Ben-Gvir kepada wartawan.

Ia mengatakan partainya, Jewish Power, akan meminta kursi di Kabinet Perang. 

"Solusinya adalah kami masuk ke dalam kabinet [perang] ini dan dapat memiliki pengaruh lebih besar," tambahnya.

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich berpendapat bahwa pengunduran diri Gantz akan membantu Tel Aviv bertindak lebih tegas terhadap Otoritas Palestina.

Anggota Kabinet Perang, Benny Gantz dan Gadi Eizenkot, mundur dari pemerintahan darurat pada Minggu (9/6). Keduanya menuduh Netanyahu menjalankan kebijakan yang melayani kepentingan politiknya. Mereka juga menyerukan pemilihan awal "secepat mungkin."

Benny Gantz, anggota sentris dari Kabinet Perang yang terdiri dari tiga orang, mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu, menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu salah mengelola upaya perang dan mengutamakan "kelangsungan karier politik" di atas kebutuhan keamanan negara.

"Sayangnya, Netanyahu menghalangi kita dari kemenangan sejati, yang menjadi alasan untuk ongkos yang menyakitkan dan berkelanjutan ini," kata Gantz.

Baca Juga: PBB Kritik Negara yang Suka Cita 4 Sandera Israel Bebas: Ratusan Rakyat Palestina Terbunuh Dilupakan


Dia menambahkan, Netanyahu "bikin janji kosong," dan negara perlu mengambil arah berbeda karena dia memperkirakan pertempuran akan terus berlanjut selama bertahun-tahun.

Gantz menyerukan agar Israel mengadakan pemilihan pada musim gugur, dan mendorong anggota ketiga Kabinet Perang, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, "melakukan hal yang benar" dan ikut mengundurkan diri. Gallant sebelumnya mengatakan dia akan mengundurkan diri jika Israel memilih untuk menduduki kembali Gaza.

Pada Sabtu, Netanyahu mendesak Gantz untuk tidak meninggalkan pemerintahan darurat perang. 

"Ini adalah waktu untuk persatuan, bukan untuk perpecahan," katanya, dalam permohonan langsung kepada Gantz.

Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober oleh kelompok Palestina, Hamas, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 37.100 warga Palestina telah tewas di Gaza sejak saat itu, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 84.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Delapan bulan sejak perang Israel, sebagian besar Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida dalam persidangan di Mahkamah Internasional, yang putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv segera menghentikan serangannya di Kota Rafah, lokasi lebih dari satu juta warga Palestina berlindung dari perang sebelum kota itu diserbu pada 6 Mei.

 



Sumber : Anadolu



BERITA LAINNYA



Close Ads x