Kompas TV internasional kompas dunia

Hamas-Fatah Siap Bersatu untuk Pimpin Gaza Usai Perang dengan Israel, China Disebut Jadi Penengah

Kompas.tv - 8 Juni 2024, 14:15 WIB
hamas-fatah-siap-bersatu-untuk-pimpin-gaza-usai-perang-dengan-israel-china-disebut-jadi-penengah
Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Mustafa. (Sumber: AP/Majdi Mohammed)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

GAZA, KOMPAS.TV - Kelompok Hamas dan Fatah dikabarkan siap bersatu untuk memimpin Gaza saat perang dengan Israel usai.

Perwakilan Hamas dan Fatah dilaporkan akan duduk bersama di China untuk pembicaraan rekonsiliasi pada pertengahan Juni.

Laporan tersebut diungkapkan oleh lima sumber yang identitasnya tak disebutkan.

Baca Juga: Pemerintah Ukraina Tak Pakai Pendingin Ruangan, Efek Kekurangan Listrik akibat Serangan Rusia

Pertemuan ini menyusul dua perundingan sebelumnya, yaitu di Rusia pada Maret, serta di China pada April lalu.

Kementerian Luar Negeri China menolak berkomentar terkait laporan yang mengatakan mereka akan kembali menjadi tuan rumah pada pertemuan berikutnya.

Hamas tampaknya menyadari tak bisa menjadi bagian dari pengakuan internasional atas pemerintahan baru di wilayah Palestina, setelah perang dengan Israel usai.

Namun, sebuah sumber dikutip dari Times of Israel, Kamis (6/6/2024), mengungkapkan Hamas ingin Fatah setuju tetrhadap pemerintahan teknokratik di Tepi Barat dan Gaza, sebagai bagian kesepakatan politik lebih besar.

Pejabat senior Hamas Basim Naim, yang menghadiri pembicaraan di China, mengatakan tujuan dari pembicaraan mereka adalah rekanan politik dan persatuan politik untuk merestruktur entitas Palestina.

Meski begitu, Hamas tak mengharapkan bisa berada di kursi kekuasaan.

“Baik Hamas berada di dalam pemerintahan atau di luarnya, hal tersebut bukanlah tuntutan utama dan tak dianggap syarat untuk melakukan rekonsiliasi,” ucapnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Mustafa mengatakan pihaknya siap mempersatukan kepemimpinan Gaza setelah perang.

“Kami siap, sebagai bangsa Palestina, menjadi tanggung jawab kami sejak hari setelah (perang di Gaza usai) untuk menolong, membantu persatuan kepemimpinan dan bangsa Palestina,” katanya.

Baca Juga: Putin Klaim Miliki Bom Nuklir Lebih Banyak Ketimbang AS dan Barat, Cara Psywar Pemimpin Rusia?

“Kami juga harus bersiap dengan baik untuk menciptakan negara (Palestina), dan kewajiban yang mengikutinya,” kata Mustafa.

Rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah sudah dilakukan selama bertahun-tahun.

Negosiasi terakhir sebelum insiden 7 Oktober digelar Juli 2023, dengan prospek pemerintah gabungan sangat kecil kemungkinannya.



Sumber : The Times of Israel



BERITA LAINNYA



Close Ads x