SEOUL, KOMPAS.TV - Ketegangan kembali meningkat di Semenanjung Korea setelah Korea Utara mengirimkan ratusan balon yang membawa sampah dan kotoran ke kota-kota di Korea Selatan, termasuk landasan pacu bandara utama Seoul.
Pemerintah Korea Selatan menanggapi hal tersebut pada hari Selasa (4/6/2024) dengan menangguhkan kesepakatan militer antar-Korea tahun 2018 yang bertujuan untuk meredakan permusuhan di garis depan.
Langkah ini akan memungkinkan Seoul untuk melanjutkan latihan militer berskala besar di dekat perbatasan dan memulai siaran propaganda, termasuk lagu K-pop dan berita luar dari pengeras suara yang dipasang di perbatasan.
Dilansir dari Al Jazeera, tindakan Korea Utara ini dimulai pekan lalu saat Pyongyang menerbangkan sekitar 260 balon yang membawa puntung rokok, serpihan kain, kertas bekas, dan kotoran ke Korea Selatan.
Menurut Yonhap, balon-balon yang terbang dibawa angin itu jatuh di berbagai daerah, termasuk hingga Kabupaten Geochang, sekitar 218 kilometer selatan Seoul.
Kampanye tersebut juga disertai dengan upaya Korea Utara untuk mengganggu sistem GPS di Korea Selatan.
Militer Korea Selatan menyebut tindakan tersebut "berbahaya" hingga harus menerjunkan satuan pembongkaran bahan peledak dan tim tanggap perang kimia dan biologi untuk memeriksa dan mengumpulkan kantong-kantong sampah.
Baca Juga: Korea Utara Kirim Ratusan Balon Penuh Sampah dan Tinja ke Korea Selatan
Peringatan pun dikeluarkan kepada warga agar menjauh dan melaporkan setiap penemuan kepada otoritas, tetapi kemudian diketahui materi yang terikat pada balon tidak mengandung zat berbahaya.
Korea Utara mengatakan balon-balon tersebut diluncurkan sebagai balasan atas kampanye propaganda yang sedang berlangsung oleh pembelot dan aktivis Korea Utara di Korea Selatan, yang secara teratur mengirimkan balon berisi selebaran anti-Pyongyang, makanan, obat-obatan, uang, dan USB stick yang berisi video musik dan drama K-pop melintasi perbatasan.
Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan pejabat penting partai pemerintah, mengeluarkan pernyataan melalui Korean Central News Agency, mengutuk Seoul, menyebut mereka "memalukan, kurang ajar" karena mengkritik balon-balon sementara mempertahankan kebebasan berekspresi warga negaranya sendiri.
Balon Korea Utara, kata Kim Yo Jong, adalah 'hadiah kejujuran' bagi warga Korea Selatan yang 'menangis untuk kebebasan berekspresi'.
Korea Utara sangat sensitif terhadap selebaran yang dibawa oleh aktivis Korea Selatan melintasi perbatasan, karena mereka membawa informasi tentang dunia luar dan kritik terhadap pemerintahan dinasti Kim tiga generasi sejak pendirian Korea Utara oleh Kim Il Sung pada tahun 1948.
Pada tahun 2020, Korean People's Army dikirim oleh Pyongyang untuk meledakkan kantor perhubungan Korea Selatan yang kosong di wilayahnya di Kaesong sebagai protes terhadap kampanye selebaran sipil Korea Selatan.
Kantor Perhubungan Inter-Korea telah ditutup dan dievakuasi pada bulan Januari tahun itu, selama pandemi Covid-19.
Seoul mencoba mengatasi kekhawatiran Korea Utara pada tahun itu, dengan menyetujui undang-undang yang membuat pengiriman selebaran propaganda anti-Pyongyang menjadi tindak pidana, yang dapat dihukum dengan hingga tiga tahun penjara atau denda sebesar 30 juta won.
Namun pada tahun 2023, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan membatalkan undang-undang tersebut menyebutnya sebagai pembatasan kebebasan berbicara yang berlebihan.
Baca Juga: Kata Adik Kim Jong-Un Usai Kirim Balon Isi Tinja ke Korea Selatan: Hadiah Tulus untuk Setan
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.