WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pemerintahan Joe Biden dilaporkan melanjutkan rencana penjualan senjata ke Israel senilai satu miliar dolar AS atau Rp15,9 triliun di tengah serangan ke Jalur Gaza yang telah membunuh lebih dari 35.000 jiwa.
Associated Press melaporkan, rencana tersebut dikonfirmasi tiga narasumber di Konges AS, Selasa (14/5/2024).
Narasumber Kongres tersebut menyampaikan, paket senjata baru AS itu memuat amunisi tank senilai 700 juta dolar AS, kendaraan taktis senilai 500 juta dolar AS, dan peluru mortir senilai 60 juta dolar AS.
Rencana ini disebut sebagai paket penjualan senjata baru yang bisa memakan waktu beberapa tahun untuk dikirimkan.
Rencana penjualan ini dilaporkan belum final. Rencana penjualan ini pun masih berpeluang dihentikan Komite Urusan Luar Negeri DPR AS ataupun Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.
Baca Juga: Erdogan Sebut Israel Incar Turki setelah Gaza: Negara Berbahaya Ini Harus Dihentikan
Pemerintah Biden belakangan ini menghadapi kritik dari pihak yang menentang pengiriman senjata lebih lanjut ke Israel, maupun dari pihak yang mendukung pengiriman tersebut di Kongres AS.
Sejumlah anggota Kongres dari Partai Demokrat mendesak Biden membatasi pengiriman senjata ke Israel.
Tujuannya agar sekutu Washington tersebut berbuat lebih melindungi warga sipil Palestina.
Sebaliknya, sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik mengkritik kebijakan Biden yang menunda pengiriman bom ke Israel.
Gedung Putih diketahui menangguhkan pengiriman dua paket bom ke Israel seiring serangan ke Rafah yang dipadati pengungsi.
Anggota Kongres yang pro-pengiriman senjata ke Israel menyatakan, kebijakan Biden mengurangi dukungan untuk Tel Aviv mengurangi kapabilitas pemerintahan Netanyahu melawan Hamas.
Sebelumnya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby menegaskan, Biden secara umum akan melanjutkan dukungan militer untuk Israel.
Hal tersebut disampaikan Kirby usai Gedung Putih menangguhkan pengiriman bom ke Israel.
"Baginya (Biden), ini sangat terang: Dia akan terus menyediakan dukungan untuk Israel dengan segala kapabilitas yang dibutuhkan," kata Kirby, Senin (13/5).
"Namun, dia tidak mau senjata Amerika dengan kategori tertentu digunakan dalam operasi tertentu di tempat tertentu. Dan lagi, dia jelas dan konsisten terkait hal tersebut," imbuhnya.
Baca Juga: 76 Tahun Nakba: Amnesty Serukan Hak Kembali Pengungsi Palestina ke Daerah Pendudukan
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.