GAZA, KOMPAS.TV - Masyarakat Palestina mengecam kurangnya dukunga negara-negara Arab saat Jalur Gaza digempur Israel. Berbeda dengan peristiwa Nakba 1948, saat ini masyarakat Palestina mesti menghadapi serangan Israel tanpa intervensi militer negara Arab selama tujuh bulan terakhir.
Palestina tengah memperingati Hari Nakba yang jatuh pada 15 Mei. Peristiwa ini merupakan pengusiran besar-besaran bangsa Palestina untuk pembentukan negara Israel pada 1948 silam.
Baca Juga: Gegara Ekstremis Israel Serang Konvoi Bantuan, Sopir Truk Enggan Kirim Bantuan ke Gaza karena Takut
Selama peristiwa Nakba, sekitar 13.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari lebih dari 700.000 orang terusir. Sejarawan Palestina, Saleh Abd Al-Jawad menyebut serangan Israel kali ini lebih brutal dari Nakba.
"Penduduk sipil dibunuh dengan senjata Amerika yang paling canggih, hari dan malam, menit per menit," kata Al-Jawad dikutip Al Jazeera, Rabu (15/5/2024).
Masyarakat Palestina menilai operasi militer Israel di Gaza dan Tepi Barat adalah bukti nyata bahwa Nakba kedua sedang terjadi. Namun, tidak seperti tahun 1948, kali ini negara-negara Arab tidak mengintervensi sehingga Palestina sendirian.
"Gaza berperang sendiri, berjuang sendiri, dibantai sendiri," kata Mohammad Abu Ameera, pengungsi dari kamp penungsian Jenin, Tepi Barat.
Ameera menilai, saat ini negara-negara Arab tidak menggunakan kekuatan militer untuk melawan negara lain, tetapi untuk "melawarn rakyatnya sendiri."
Pasukan Israel sendiri dilaporkan masih menyerang berbagai titik di Jalur Gaza pekan ini. Selama 24 jam terakhir, setidaknya 82 orang Palestina terbunuh oleh serangan udara Israel.
Pertempuran antara kombatan Hamas dan pasukan Israel juga meletus di Jabaliya dan Rafah. Hamas dan Israel sama-sama mengklaim menimbulkan banyak korban di pihak lawan.
Menurut data terkini Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Israel telah membunuh setidaknya 35.173 orang di Jalur Gaza, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 79.061 orang juga terluka di Jalur Gaza. Sementara 10.000 orang lebih dinyatakan hilang, berkemungkinan tertimbun reruntuhan.
Baca Juga: WHO Tegaskan Data Kementerian Kesehatan Gaza Valid, Beda dengan Publikasi PBB karena Identifikasi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.