NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Pasukan junta Myanmar dilaporkan membantai warga desa di Wilayah Sagaing, tengah Myanmar pada akhir pekan lalu.
Pembantaian ini dilaporkan terjadi di Desa Let Htoke Taw pada Sabtu (11/5/2024) pagi waktu setempat.
Seorang pejabat setempat yang loyal kepada National Unity Government (NUG), musuh junta dalam perang saudara Myanmar, menyebut sebanyak 33 orang tewas dalam pembantaian ini, termasuk tiga anak 17 tahun dan dua lansia.
Pejabat itu berbicara secara anonim kepada Associated Press karena khawatir dengan keselamatannya.
Menurut keterangannya, setidaknya 11 warga desa lain terluka dalam serangan ini.
Desa Let Htoke Taw disebutnya didatangai 100-200 tentara dan milisi pro-junta.
Pasukan junta mencari-cari anggota People Defense Force (PDF), sayap bersenjata NUG.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Tersudut, Pasukan Perlawanan Klaim Duduki Pos Komando Tahan Ratusan Tentara
Seorang warga desa yang mengaku selamat dari pembantaian ini menyebut pasukan junta mengeksekusi warga desa di luar sebuah biara.
Sekitar 100 warga desa mengungsi ke biara itu usai ratusan tentara datang. Namun, tentara kemudian memasuki biara dan menahan para warga.
Ia mengaku digiring ke luar oleh tentara bersama lebih dari 30 laki-laki.
Tentara membariskan warga desa dalam tiga barisan, menanyai mereka tentang tempat persembunyian pemimpin pemberontak setempat.
Warga desa tersebut mengaku para korban dipukuli.
Saat warga yang dibariskan mengaku tidak tahu-menahu soal keberadaan pemberontak, mereka ditembaki.
Awalnya, tentara menembaki warga satu demi satu. Namun, kemudian mereka memberondong warga yang telah dibariskan.
Pria itu mengaku terjatuh usai seorang warga di dekatnya tertembak dan jatuh menimpanya.
Penyintas itu mengaku pura-pura mati dengan luka tembak di lengan kiri.
Menurutnya, sebanyak 24 orang tewas di halaman biara, sedangkan sembilan orang lain ditembak mati di tempat lain.
Per Senin (13/4/2024), Associated Press mendapatkan foto-foto pasca-pembantaian di desa tersebut.
Foto-foto itu menunjukkan sejumlah jenazah dengan luka-luka terbaring dalam tiga barisan.
Penyintas itu menyebut, setelah membakar lima jenazah dan menyandera 17 warga desa, pasukan junta meninggalkan desa. Para sandera kemudian dibebaskan di luar desa.
Warga desa dan pejabat itu sama-sama menyatakan bahwa tentara membakar 170-200 rumah di Desa Let Htoke Taw. Tentara juga menghancurkan pompa-pompa air di desa.
Pasukan junta Myanmar dilaporkan kerap menyerang desa-desa di Sagaing, wilayah yang menjadi basis pemberontak.
Pasukan junta pun dilaporkan sempat menyerang Desa Let Htoke Taw pada Mei 2023 lalu dan membakar sekitar 545 rumah.
Myanmar diterpa kekerasan masif sejak militer mengkudeta pemerintah pada Februari 2021 lalu.
Kudeta sempat disambut protes gerakan sipil. Namun, tindakan keras junta membuat gerakan-gerakan protes menjadi pemberontakan senjata yang memicu perang saudara.
Atas hal tersebut, Junta militer Myanmar belum berkomentar mengenai laporan pembantaian di Desa Let Htoke Taw.
Sebelumnya, junta yang dipimpin Min Aung Hlaing selalu membantah dugaan serangan ke warga sipil dan mengklaim hal tersebut dilakukan pemberontak.
Baca Juga: Tentara Junta Militer Myanmar Diburu, Jenderalnya Terbunuh oleh Drone di Perbatasan Thailand
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.