Kompas TV internasional kompas dunia

PBB: Lebih dari Setengah Juta Orang Terusir dari Rafah dan Gaza Utara, Mereka Lelah dan Kelaparan

Kompas.tv - 14 Mei 2024, 21:05 WIB
pbb-lebih-dari-setengah-juta-orang-terusir-dari-rafah-dan-gaza-utara-mereka-lelah-dan-kelaparan
Pengungsi Palestina tiba di Gaza tengah setelah melarikan diri dari kota Rafah di Gaza selatan di Deir al Balah, Jalur Gaza, pada Kamis, 9 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

RAFAH, KOMPAS TV - Lebih dari setengah juta warga Gaza, Palestina, terusir  dan mengungsi dalam beberapa hari terakhir akibat operasi militer Israel yang meningkat di Gaza selatan dan utara, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hari Selasa, (14/5/2024).

Sekitar 450.000 warga Palestina keluar dari Rafah di Gaza selatan dalam seminggu terakhir, kata badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Sebelum Israel mulai memasuki kota, sekitar 1,3 juta orang berlindung di Rafah. Israel menyebut Rafah sebagai benteng terakhir Hamas.

Pasukan Israel juga bertempur melawan kelompok Hamas di Gaza utara, di mana Israel meluncurkan operasi besar di awal perang. Perintah evakuasi dari Israel yang dikeluarkan hari Sabtu mengakibatkan sekitar 100.000 orang mengungsi sejauh ini, kata juru bicara deputi PBB Farhan Haq kepada wartawan pada hari Senin (13/5/2024).

Dalam sebuah unggahan di platform sosial X pada hari Selasa, UNRWA mengatakan “warga menghadapi kelelahan, kelaparan, dan ketakutan yang konstan. Tidak ada tempat yang aman. Gencatan senjata segera adalah satu-satunya harapan.”

PBB mengatakan pada hari Senin bahwa 100.000 orang lainnya telah mengungsi di Gaza utara. Israel telah memerintahkan evakuasi baru di utara karena bertempur melawan Hamas yang bangkit kembali di daerah-daerah yang dibom  dan dibersihkan oleh pasukan darat sebelumnya dalam perang.

Ini berarti hampir seperempat dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi hanya dalam seminggu terakhir, lebih dari tujuh bulan sejak perang Israel-Hamas dimulai.

Pertempuran di Rafah telah membuat dua penyeberangan perbatasan utama ke Gaza selatan sebagian besar tidak dapat diakses, sementara penyeberangan baru yang dibuka di utara hanya memungkinkan bantuan masuk sedikit demi sedikit.

Baca Juga: 143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Israel dan AS Menolak

Pengungsi Palestina tiba di Gaza tengah setelah melarikan diri dari kota Rafah di Gaza selatan di Deir al Balah, Jalur Gaza, pada Kamis, 9 Mei 2024. Warga Palestina pada Rabu, 15 Mei 2024, menandai 76 tahun misa mereka pengusiran dari tempat yang sekarang menjadi Israel. (Sumber: AP Photo)

Organisasi kemanusiaan mengatakan mereka kesulitan menyediakan pasokan makanan, tenda, dan selimut yang semakin menipis bagi sejumlah besar orang yang baru saja mengungsi.

Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas di Gaza dan mengatakan harus beroperasi di sana untuk mengalahkan kelompok tersebut dan mengembalikan banyak sandera yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang.

Sebelum serangan dimulai minggu lalu, Rafah menampung sekitar 1,3 juta warga Palestina, sebagian besar dari mereka merupakan pengungsian  dari pertempuran di tempat lain.

Pejabat Palestina mengatakan serangan Israel di Gaza tengah menewaskan setidaknya 12 orang semalam hingga Selasa.

Kondisi makin miris karena tidak ada makanan yang masuk ke dua penyeberangan perbatasan utama di Gaza selatan selama seminggu terakhir. Sekitar 1,1 juta warga Palestina di Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang sangat tinggi, berada di ambang kelaparan, dan "kelaparan penuh" terjadi di utara, menurut PBB.

Tujuh bulan pengeboman dan operasi darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan setempat.

Perang dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel selatan, diklaim oleh Israel telah menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang lainnya. Israel mengatakan Hamas masih menahan sekitar 100 sandera dan sisa-sisa lebih dari 30 lainnya.


 



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x