TEL AVIV, KOMPAS.TV - Pemerintah Amerika Serikat (AS) disebut telah memberikan bocoran data rahasia kepada Israel dengan tujuan mencegah serangan ke Rafah, Jalur Gaza.
Laporan dari Anadolu mengungkapkan, AS menawarkan bantuan intelijen sensitif dan militer terkait dengan para pemimpin senior Hamas.
Data rahasia tersebut, menurut klaim AS, hanya akan diberikan kepada Israel jika mereka menghentikan invasi yang telah memaksa lebih dari 1 juta warga Palestina berlindung di Rafah.
Pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan, pemerintahan Joe Biden telah mengajukan proposal terkait bocoran data rahasia tersebut kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Proposal ini meliputi bantuan intelijen sensitif untuk membantu militer Israel dalam menemukan lokasi para pemimpin Hamas dan terowongan tersembunyi kelompok tersebut.
"Amerika Serikat menawarkan bantuan berharga kepada Israel jika mereka menolak, termasuk intelijen sensitif untuk membantu militer Israel menentukan lokasi para pemimpin Hamas dan menemukan terowongan tersembunyi kelompok itu," ungkap pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, dikutip dari Al Mayadeen.
Proposal itu disebut telah diserahkan dalam satu atau dua minggu terakhir ke pihak Israel.
Baca Juga: Tak Peduli Ancaman AS, Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah
Sebelumnya, Pemerintahan Biden juga mengancam bakal menyetop bantuan senjata ke Tel Aviv agar tidak digunakan Israel untuk menyerang Rafah.
Ancaman Biden untuk menghentikan bantuan senjata ke Israel jika serangan besar-besaran dilancarkan di Rafah menambah ketegangan dalam situasi ini.
Netanyahu bahkan mengatakan, tetap akan berdiri sendiri meski tidak ada bantuan senjata yang datang.
Netanyahu sebelumnya menegaskan, serangan ke Rafah ini bertujuan untuk mengalahkan Hamas.
Namun Jenderal Cadangan Israel Gadi Shamni mengindikasikan bahwa invasi Rafah memiliki tujuan politik yang berbeda.
Shamni menyebut, ancaman dari menteri Israel Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich adalah satu-satunya alasan di balik invasi Rafah.
Karena mereka mengancam akan menggulingkan pemerintah Israel apabila invasi tidak selesai.
Seperti yang diketahui, sejak tanggal 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan serangan yang menyebabkan kematian 34.850 warga Palestina, terutama wanita dan anak-anak.
Serangan tersebut juga menyebabkan luka pada 78.600 warga Palestina, dan tujuh bulan setelah konflik, wilayah Gaza mengalami kerusakan parah karena blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Baca Juga: Penampakan Tank dan Pasukan Israel Kuasai Penyeberangan Rafah
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.