TEL AVIV, KOMPAS.TV - Utusan Tetap Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Gilad Erdan meminta Amerika Serikat (AS) berhenti mendanai PBB jika organisasi antarpemerintah dunia itu menerima Palestina sebagai anggota penuh.
Hal tersebut disampaikan Erdan jelang sidang Majelis Umum PBB yang membahas permintaan keanggotaan penuh Otoritas Palestina pada Jumat (10/5/2024) mendatang.
Baca Juga: Israel Ngotot Gempur Rafah, Sekjen PBB Desak Gencatan Senjata Segera
Dia mengeklaim penerimaan keanggotaan penuh Palestina melanggar Piagam PBB. Ia pun menuduh Palestina tengah memanfaatkan "pembusukan moral" PBB.
"Setelah gagal meraih status negara anggota melalui Dewan Keamanan sebagaimana dipersyaratkan, mereka meminta Dewan (Keamanan) dan menginjak-injak semua peraturan dan membawa masalah ini ke Majelis Umum," kata Erdan, Senin (6/5/2024), dikutip CNN.
Selain itu, dia menyebut resolusi PBB tidak akan mengubah situasi di Jalur Gaza, di mana lebih dari dua juta warga Palestina terkurung akibat blokade Israel sejak 2007.
Ia menyebut PBB "terputus dari kenyataan" jika memberi Palestina keanggotaan penuh.
Pada April lalu, permintaan keanggotan penuh Otoritas Palestina tidak diterima Dewan Keamanan PBB karena veto AS.
Majelis Umum PBB kemudian menggelar sidang darurat terkait keanggotaan penuh Palestina berkat usulan Arab Saudi, Mauritania, dan Uganda.
Peninjau Tetap Palestina untuk PBB Riyad Mansour berharap sidang darurat Majelis Umum PBB dapat membuahkan permintaan kepada Dewan Keamanan agar mempertimbangkan kembali keanggotaan penuh Palestina.
Menurut peraturan PBB, penerimaan anggota baru harus melalui rekomendasi Dewan Keamanan PBB terlebih dulu sebelum pemungutan suara di Majelis Umum PBB.
Baca Juga: Isi Proposal Perjanjian Gencatan Senjata Usulan Qatar-Mesir yang Disepakati Hamas, Israel Bungkam
Dilansir Al Jazeera, per 6 Mei 2024 pukul 20.00 WIB, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan sedikitnya 34.735 orang termasuk 14.500 lebih anak-anak.
Sementara lebih dari 78.108 orang terluka dan 8.000 lebih lainnya masih hilang.
Sumber : Kompas TV, CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.