TEL AVIV, KOMPAS.TV - Israel memberi waktu satu minggu kepada Hamas untuk menyetujui kesepakatan terkait sandera atau mereka akan melancarkan serangan yang telah lama dijanjikan di kota Rafah, Gaza.
Dilansir dari laporan The Wall Street Journal, tidak merinci kapan ultimatum tersebut diberikan.
Namun mengutip pernyataan para pejabat Mesir hari ini, Jumat (3/5/2025), Hamas memiliki waktu hingga Jumat depan untuk menyetujui kesepakatan tersebut.
Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengancam untuk memasuki Rafah dan berulang kali menyatakan bahwa invasi akan segera terjadi.
Laporan tersebut juga mencantumkan kepemimpinan politik Hamas di luar negeri telah menerima proposal terbaru yang disetujui Israel akhir pekan lalu.
Diperkirakan akan tiba di Kairo dalam beberapa hari mendatang untuk membahasnya lebih lanjut.
Namun, para pemimpin utama Hamas yaitu Yahya Sinwar belum menanggapi usulan tersebut.
Tidak jelas apakah mereka pernah melihatnya, karena mereka bersembunyi di terowongan di bawah Gaza.
Pimpinan Hamas di luar negeri telah memberikan sinyal yang beragam mengenai tawaran terbaru tersebut.
Para pejabat Mesir yang tidak disebutkan namanya mengatakan, kelompok tersebut merasa kesal dengan apa yang dikatakannya sebagai rincian proposal yang tidak jelas mengenai jangka waktu gencatan senjata.
Hamas menginginkan gencatan senjata jangka panjang yang didukung oleh jaminan AS bahwa Israel akan menghormati persyaratannya.
Karena khawatir bahwa proposal saat ini akan memungkinkan Israel untuk melanjutkan pertempuran dalam waktu singkat.
Menurut laporan itu, tawaran tersebut akan mencakup tahap pertama yang berlangsung 40 hari di mana hingga 33 sandera Israel akan dibebaskan.
Pada saat ini, kedua belah pihak akan memulai negosiasi untuk gencatan senjata yang lebih permanen.
Fase kedua akan berlangsung setidaknya enam minggu.
Sumber : The Wall Street Journal/Times of Israel/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.