YERUSALEM, KOMPAS.TV - Para pejabat Israel semakin cemas dan ketar-ketir menghadapi kemungkinan Mahkamah Pidana Internasional ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin negara tersebut, baik sipil maupun militer, seiring dengan meningkatnya tekanan internasional terkait perang di Gaza, Senin (29/4/2024).
Serangan udara semalam hingga Senin (29/4) menewaskan 22 orang di Rafah, menurut catatan rumah sakit. Dalam catatan tersebut, kematian di Rafah termasuk enam perempuan dan lima anak-anak, salah satunya baru berumur 5 hari.
Israel berencana untuk melakukan invasi ke kota tersebut, meskipun sekutunya terdekat, Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya telah berkali-kali memperingatkan agar tidak melakukannya, dengan alasan serangan tersebut akan membawa bencana bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mencari perlindungan di sana.
Di sisi lain, para pejabat Israel baru-baru ini menyebut penyelidikan ICC yang dimulai tiga tahun lalu terkait kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel dan kelompok militan Palestina sejak perang Israel-Hamas tahun 2014.
Penyelidikan juga mencakup pembangunan pemukiman Israel di wilayah yang diduduki yang diinginkan oleh Palestina untuk negara masa depan mereka.
Belum ada komentar dari pengadilan pada Senin, dan tidak ada indikasi bahwa surat perintah dalam kasus ini akan segera dikeluarkan.
Namun, Kementerian Luar Negeri Israel pada Minggu malam mengatakan mereka telah memberitahukan misi Israel tentang "rumor" bahwa surat perintah mungkin akan dikeluarkan terhadap pejabat politik dan militer senior. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa surat perintah semacam itu akan "memberikan dorongan moral" bagi Hamas dan kelompok militan lainnya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Jumat mengatakan Israel "tidak akan pernah menerima upaya apa pun oleh ICC untuk merusak hak bela dirinya yang melekat."
"Ancaman untuk menangkap prajurit dan pejabat negara demokrasi tunggal di Timur Tengah dan negara Yahudi tunggal di dunia ini adalah hal yang memalukan. Kami tidak akan tunduk padanya," tulisnya di platform media sosial X.
Baca Juga: Israel Lawan ICC, Netanyahu Tegaskan Bakal Lanjutkan Perang di Gaza
Belum jelas apa yang memicu kekhawatiran Israel. Serangkaian pengumuman Israel dalam beberapa hari terakhir tentang memperbolehkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza tampaknya bertujuan untuk menghindari tindakan ICC yang mungkin.
Jaksa ICC Karim Khan mengatakan selama kunjungan ke wilayah tersebut pada bulan Desember bahwa penyelidikan tersebut "berlangsung dengan cepat, dengan ketegasan, dengan determinasi, dan dengan keinsyafan bahwa kita bertindak bukan atas emosi tetapi atas bukti yang solid."
Baik Israel maupun AS tidak menerima yurisdiksi ICC, tetapi surat perintah apa pun bisa membuat pejabat Israel berisiko ditangkap di negara lain. Ini juga akan menjadi teguran besar terhadap tindakan Israel pada saat protes pro-Palestina menyebar di kampus-kampus di AS.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.