GAZA, KOMPAS.TV - Sabreen al-Rouh Jouda, seorang bayi di Gaza, Palestina yang lahir prematur dan diselamatkan dari rahim ibunya yang tewas dalam serangan Israel meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di inkubator.
Sabreen al-Rouh Jouda meninggal di sebuah rumah sakit di Gaza pada hari Kamis setelah kondisinya memburuk dan tim medis tidak dapat menyelamatkannya, kata pamannya, Rami al-Sheikh Jouda. Dr.
"Kami terikat pada bayi ini dengan cara yang gila," kata Rami kepada Associated Press.
"Allah telah mengambil sesuatu dari kami tetapi memberi kami sesuatu sebagai gantinya."
"Tapi (sekarang) Dia telah mengambil semuanya. Keluarga saudaraku benar-benar lenyap. Sudah dihapus dari catatan sipil. Tidak ada jejaknya yang tersisa."
Mohammad Salama, kepala unit neonatal darurat di Rumah Sakit Emirati di kota Rafah selatan Gaza, yang merawat bayi perempuan tersebut, juga mengonfirmasi kematiannya pada hari Jumat (26/5/2024).
"Saya dan dokter lain berusaha menyelamatkannya, tetapi dia meninggal. Bagi saya pribadi, itu adalah hari yang sangat sulit dan menyakitkan," kata Salama dikutip dari Al Jazeera.
Ibunya, Sabreen al-Sakani, dibawa ke rumah sakit setelah serangan udara Israel menghantam rumah keluarganya di Rafah pada hari Sabtu (20/4/2024).
Baca Juga: Laporan PBB: 282 Juta Orang Alami Kelaparan Akut Tahun 2023, Kelaparan Terburuk Terjadi di Gaza
Bayi perempuan itu, yang diberi nama Sabreen sesuai dengan ibunya, diselamatkan melalui operasi caesar setelah ibunya meninggal akibat luka-lukanya.
Al-Sakani, yang hamil 30 minggu, tewas bersama suami dan seorang putri kecilnya.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka sedang menargetkan pejuang Hamas dan infrastruktur dalam serangan tersebut. Namun, serangan tersebut justru sebagian besar menewaskan perempuan dan anak-anak.
Dengan berat hanya 1,4 kg, bayi itu mengalami kesulitan pernapasan yang parah karena lahir prematur yang kemudian dirawat di dalam inkubator di unit perawatan intensif neonatal.
"Dia lahir ketika sistem pernapasannya belum matang, dan sistem kekebalannya sangat lemah, dan itulah yang menyebabkan kematiannya. Dia bergabung dengan keluarganya sebagai syuhada," kata Salama.
Bayi malang tersebut adalah salah satu dari lebih dari 14.000 anak yang tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak perang dimulai pada tanggal 7 Oktober. Lebih dari 34.300 warga Palestina di seluruh enklave Palestina yang terkepung telah tewas.
Meskipun ada seruan internasional untuk mengakhiri konflik, pemimpin Israel mengatakan mereka berencana untuk melanjutkan dengan serangan darat di Rafah.
Rencana tersebut pun diyakini bakal berdampak lebih buruk karena sekitar 1,5 juta warga Palestina mengungsi di kota selatan tersebut, yang sebelumnya ditetapkan sebagai "zona aman".
Baca Juga: Jasad di Tiga Kuburan Massal Gaza Naik Jadi 392, Ada Indikasi Eksekusi Mati dan Dikubur Hidup-Hidup
Sumber : Associated Press/Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.