TEL AVIV, KOMPAS.TV – Perdana Menteri Israel dilaporkan segera mengadakan pertemuan dengan kabinet perangnya, menyusul kemungkinan serangan balasan dari Iran.
Seperti diketahui, tensi kian memanas menyusul serangan udara terhadap konsulat Iran di Suriah yang menewaskan sejumlah komandan senior Iran sekitar dua pekan lalu.
Mengutip CBS News via BBC, Jumat (12/4/2024), sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) menyebut serangan Iran terhadap Israel kemungkinan akan segera terjadi.
Baca Juga: Khawatir Ikut Diserang Iran, AS Lakukan Pembatasan Perjalanan Personel Kedutaannya di Israel
Netanyahu sendiri menyebut Israel siap menghadapi serangan itu baik secara defensif maupun ofensif.
Terkait hal itu, Netanyahu dilaporkan segera mengadakan pertemuan dengan para anggota kabinet perangnya, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan tokoh oposisi Benny Gantz.
Melansir BBC, Jumat (12/4/2024), serangan balasan itu diperkirakan terjadi paling cepat pada Jumat (12/4).
Seorang sumber bahkan menyebut serangan itu akan melibatkan lebih dari 100 drone, lusinan rudal jelajah, dan kemungkinan juga rudal balistik yang akan menyasar target militer di Israel.
Namun, ditambahkan pula, masih ada kemungkinan bahwa Iran akan menahan diri.
Baca Juga: Isu Indonesia Normalisasi dengan Israel Kembali Muncul, Kemlu Bereaksi: Konsisten Membela Palestina
“Saya tak bisa menyebut ukurannya, skalanya, atau lingkup atas serangan yang akan terjadi itu seperti apa,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Joh Kirby, Jumat (12/4).
Toh, Kirby menekankan bahwa ancaman Iran ‘kredibel’ dan Washington akan ‘mengamati sedekat mungkin’.
Presiden AS Joe Biden sendiri telah berjanji memberikan dukungan kuat bagi Israel di tengah ancaman serangan dari Iran.
Tensi yang kian memanas juga membuat sejumlah negara termasuk AS, Inggris, India, dan Australia mengeluarkan peringatan atas perjalanan warganya ke Israel. Kementerian Luar Negeri AS bahkan melarang staf diplomatik dan keluarga mereka di Israel untuk bepergian keluar Tel Aviv, Yerusalem, dan Beersheba.
Sumber : BBC/CBS News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.