LINCOLN, KOMPAS.TV – Pelaksanaan buka puasa bersama di Selandia Baru, negara dengan jumlah penduduk muslim yang kecil, menjadi hal yang berkesan bagi umat Islam asal Indonesia yang berada jauh dari tanah air.
Salah satu kegiatan tahunan yang diikuti para diaspora Indonesia di Selandia Baru adalah Iftar Lincoln University Muslim Association (LUMA). Kegiatan tersebut juga diikuti umat muslim Indonesia di Lincoln, Christchurch, dan sekitarnya.
Iftar LUMA merupakan rangkaian kegiatan berbuka puasa yang disertai pelaksanaan salat magrib dan tarawih berjamaah, diadakan para pelajar dari berbagai negara di Lincoln University.
Acara tersebut diselenggarakan setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu sepanjang bulan Ramadan.
Pada Ramadan tahun ini, para pelajar Indonesia yang juga tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Selandia Baru bersama-sama dengan diaspora Indonesia yang telah menetap di Selandia Baru, membawa aneka kudapan autentik tanah air untuk disajikan kepada umat muslim dari berbagai negara.
Baca Juga: Peringati 50 Tahun Gamelan di Selandia Baru, Grup Padhang Moncar Tampil di Museum Te Papa
Beberapa menu khas Indonesia yang dibawa masyarakat Indonesia dalam acara buka puasa yang berlangsung pada Sabtu (30/3/2024) lalu itu antara lain coto Makassar, bubur sumsum, asinan Betawi, martabak manis, risoles kampung, dan bakso bakar Malang.
Makanan Indonesia ternyata menuai kekaguman dari para peserta internasional yang hadir.
Nina Rusmini, diaspora Indonesia yang juga merupakan tokoh masyarakat di Canterbury, turut memeriahkan acara ini dengan menghidangkan es cendol sebagai minuman pembuka bagi hadirin yang berjumlah sekitar 150 orang.
“Kebanggaan bagi saya bisa memperkenalkan es cendol kepada masyarakat Lincoln, di mana hal ini turut mengingatkan saya kala mencari takjil serupa menjelang berbuka di Indonesia”, ujar Nina yang telah tinggal di Selandia Baru lebih dari seperempat abad.
Senada dengan Nina, Siti Aminah Wilson yang dipercaya para pelajar dan masyarakat untuk menyajikan coto Makassar sebagai hidangan utama, turut menyampaikan rasa bangga sekaligus haru karena bisa membawa masakan ikonis asal Sulawesi itu ke acara tersebut.
Coto Makassar dipilih sebagai hidangan utama karena memperhatikan cuaca Selandia Baru yang sedang dalam musim gugur, sehingga hidangan ini diharapkan dapat membawa kehangatan.
Selain itu, coto Makassar diharapkan dapat membawa wawasan kuliner baru bagi masyarakat lokal selain hidangan Indonesia lainnya yang telah umum diketahui.
“Berawal dari perbincangan iseng dengan para pelajar dan masyarakat Indonesia di sini, pada akhirnya saya bangga karena bisa menghadirkan coto Makassar yang alhamdulillah disukai oleh umat dari berbagai negara yang hadir,” terang Siti yang menghabiskan lebih dari 40 kilogram daging, hati, dan babat sapi untuk membuat hidangan ini.
Hal menarik lain dalam kegiatan tersebut adalah pemakaian batik oleh panitia. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan identitas dan kebanggaan sebagai orang Indonesia, serta kuatnya semangat toleransi antarkeyakinan seperti yang diperlihatkan para pelajar Indonesia.
Baca Juga: Wapres Ma’ruf Amin Bertemu Wakil PM Selandia Baru, Tingkatkan Kerja Sama Bilateral
Adrian Nathanael Mochtar, Presidium PPI Canterbury Selandia Baru untuk Lincoln University yang merupakan salah satu pelajar non-muslim pada panitia inti, mengawal rangkaian acara meskipun tengah sibuk mempersiapkan Misa Paskah keesokan harinya.
“Pelaksanaan Iftar LUMA kali ini sangat berkesan, karena bagi kami yang tidak melaksanakan ibadah puasa bersama teman-teman muslim, dapat merasakan hangatnya kebersamaan saling membantu dan membawa nama baik Indonesia di negeri kiwi,” jelas Adrian yang turut mengoordinasi rekan-rekan non-muslim lain yang menjadi panitia.
Sumber : KOMPAS TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.