PYONGYANG, KOMPAS.TV - Memelihara anjing di Korea Utara tampaknya semakin berbahaya, karena akan dilabeli sebagai perilaku non-sosialis.
Hal tersebut diungkapkan oleh sumber anonim di Pyongan Selatan.
Menurutnya hal tersebut sehubungan dengan semakin meningkatnya keluarga yang memelihara anjing di rumah.
Baca Juga: Menteri Korsel Siapkan Pasukan Khusus untuk Bunuh Kim Jong-Un, Akan Dilakukan Jika Hal Ini Terjadi
“Serikat Perempuan Sosialis Korea mengonfirmasikan bahwa anggotanya yang memperlakukan anjing sebagai anggota keluarga, yang makan dan tidur dengan keluarga tak sesuai dengan kehidupan sosialis dan dengan tegas harus dihindari,” ujar sumber itu dikutip dari Daily NK, Rabu (13/3/2024).
Menurut sumber itu, kebiasaan memelihara anjing dimulai di Korea Utara sekitar tahun 2000-an.
Ketika itu Pemerintah Korea Utara tak berpikir bahwa hal tersebut adalah masalah.
Pasalnya, banyak pejabat dan konglomerat yang memerlukan anjing penjaga untuk melindungi diri dan properti mereka dari pencuri.
“Selalu ada keluarga yang memiliki kucing untuk menangkap tikus, namun tak banyak keluarga yang memiliki anjing,” ujar sumber tersebut.
“Namun, jumlah tersebut berangsur-angsur meningkat, dan baru-baru ini terjadi peningkatan pada ras anjing asing seperti Pomeranian dan Shih Tzus, yang dulu merupakan pemandangan langka,” tambahnya.
Otoritas Korea Utara merespons kebiasaan itu dengan mengecam pemilik anjing peliharaan sebagai sikap non-sosialis, namun itu hanya memberikan dampak yang kecil.
Yang terbaru, pihak otoritas telah melakukan langkah proaktif untuk mengontrol pemeliharaan anjing, yang mereka gambarkan sebagai “bau busuk kaum borjuis”.
“Mendandani anjing-anjing seolah-olah mereka manusia, memasang pita cantik di rambut, membungkusnya dengan selimut dan menguburnya ketika mati adalah aktivitas borjuis,” bunyi pernyataan serikat perempuan.
Baca Juga: Kejam! Tentara Israel Bunuh Pria Difabel Palestina dengan Brutal di Gaza
Mereka menambahkan itu salah satu cara orang kaya membuang-buang uang di masyarakat kapitalis.
“Anjing pada dasarnya yang dipelihara di luar sesuai dengan sifatnya, dan kemudian dimakan ketika mati,” ucapnya.
“Oleh karena itu, perilaku seperti itu sama sekali tidak sosialis dan harus dihilangkan,” sambungnya.
Sumber : Daily NK
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.