ISLAMABAD, KOMPAS.TV - Anggota parlemen di Majelis Nasional Pakistan memilih Shehbaz Sharif sebagai perdana menteri baru pada Minggu kemarin (3/3/2024). Inilah kedua kalinya Shehbaz Sharif menjadi PM di negara tersebut.
Sedangkan sekutu mantan perdana menteri yang dipenjara, Imran Khan di parlemen berteriak protes, menuduh ada pemalsuan dalam pemilihan bulan lalu.
Pemimpin Sidang Ayaz Sadiq mengatakan bahwa Sharif meraih 201 suara, mengalahkan Omar Ayub dari Dewan Ittehad Sunni yang mendapat 92 suara. Pemenang hanya membutuhkan 169 suara untuk mendapatkan mayoritas.
Ayub didukung oleh partai Imran Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf, atau PTI, yang tidak bisa mendapatkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan sendiri. PTI menolak untuk melakukan pembicaraan dengan lawan-lawannya untuk membentuk koalisi.
Imran Khan saat ini sedang menjalani hukuman penjara dalam beberapa kasus dan dilarang mencalonkan diri atau menjabat.
Sharif menggantikannya sebagai perdana menteri setelah pemecatannya melalui pemungutan suara tidak dipercaya di parlemen pada April 2022.
Setelah berhari-hari negosiasi, partai Pakistan Muslim League yang dipimpin Sharif dan pendukungnya membentuk aliansi setelah pemilihan pada 8 Februari, yang diwarnai oleh kekerasan militan, pemadaman ponsel nasional, pengecualian Khan dari pemilihan, dan keterlambatan luar biasa dalam pengumuman hasil.
Otoritas Pakistan mengatakan, pemadaman komunikasi diperlukan untuk menghindari serangan terhadap kandidat dan pasukan keamanan.
Namun, keterlambatan itu mendapat kritik dari partai Khan, yang bersikeras pemungutan suara dimanipulasi untuk mencegahnya memperoleh mayoritas.
Partai tersebut mengklaim punya bukti bahwa kemenangannya "dicuri selama penghitungan suara,", yang langsung dibantah Komisi Pemilihan Umum Pakistan.
Baca Juga: Pemilu Parlemen Pakistan Tidak Hasilkan Mayoritas, Inilah yang Akan Terjadi Selanjutnya
Sharif, dalam pidato penerimaannya di parlemen pada hari Minggu, mengatakan, "Kami pernah menjadi korban politik di masa lalu tetapi tidak pernah membalas dendam."
Tanpa menyebut nama Khan, ia mengatakan, penguasa sebelumnya memenjarakan banyak rival politik, termasuk dirinya sendiri dan sekutunya Asif Ali Zardari.
Dia juga menuduh pendukung Khan menyerang instalasi militer saat protes terhadap pemecatannya pada 2022.
Kini parlemen dan pengadilan akan memutuskan apakah mereka yang terlibat dalam serangan terhadap instalasi militer pantas mendapatkan pengampunan.
Beberapa anggota parlemen berdiri di depan Sharif dengan membawa potret Khan ketika dia mulai berbicara, berteriak "pencuri suara" dan "malu."
Sharif mengecam tindakan mereka, mengatakan mereka menyebabkan kekacauan di parlemen. Sharif juga mengatakan mereka harus menyampaikan bukti pemalsuan suara kepada otoritas yang berwenang.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.