WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pengamat Barat mulai menilai bagaimana kebijakan calon presiden Prabowo Subianto saat dirinya resmi terpilih sebagai Presiden Indonesia.
Prabowo saat ini masih memimpin dalam penghitungan suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Spekulasi mengenai apa yang dilakukan oleh Prabowo saat ia terpilih, dan bagaimana dampaknya bagi demokrasi di Indonesia, terus bergulir.
Baca Juga: Hubungan AS-Brasil Retak karena Perang Israel di Gaza, Gara-gara Disamakan dengan Genosida Nazi
“Prabowo telah bekerja keras menutupi masa lalunya yang buruk dan mengubah dirinya menjadi citra yang lebih lembut dan menyenangkan,” kata Profesor Politik dan Masalah Keamanan Asia Tenggara di Perguruan Tinggi Perang Nasional Zachary Abuza dikutip dari CNN, Senin (20/2/2024)
“Namun, masih terlalu dini mengatakan akan menjadi presiden seperti apa dia nanti,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, akan ada perbedaan kebijakan antara Prabowo dengan Presiden Joko Widodo, meski banyak yang meyakini Menteri Pertahanan itu akan meneruskan kebijakan pendahulunya.
“Fokus Jokowi adalah ekonomi. Ia percaya perkembangan ekonomi dan pembangunan akan menyelesaikan semua masalah,” ujar Abuza.
“Saya melihat Prabowo akan melihat semua masalah dari kacamata militer. Menjaga kedaulatan dan keamanan nasional akan menjadi prioritas,” tambahnya.
Menurut CNN, Prabowo telah memperkenalkan dirinya sebagai pendukung Jokowi, dan menjadi menteri pertahanan pada lima tahun terakhir.
Media Amerika Serikat (AS) tersebut mengatakan kebanyakan fokus kampanye Pemilu 2024 adalah melanjutkan kebijakan dan program Jokowi.
Baca Juga: Kuba dan Afrika Selatan Bela Palestina di Pengadilan Internasional PBB, Serang Apartheid Israel
Namun, menurut Profesor sekaligus Direktur Program Asia Tenggara di Universitas Cornell, Tom Pepinsky, Prabowo dinilai lebih berani berbicara dan konfrontatif ketimbang Jokowi.
“Prabowo memiliki reputasi di militer sebagai sosok yang suka berperang dan mudah marah,” kata Pepinsky.
“Meski ia mungkin tak memiliki sifat kasar atau kurang ajar seperti Rodrigo Duterte, Javier Milei, atau (Donald) Trump), politiknya menggantikan kepedulian terhadap hukum dan ketertiban, dengan preferensi terhadap ketertiban dibandingkan hukum,” sambungnya.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.