MOSKOW, KOMPAS.TV - Para pengikut serta rekan Alexei Navalny mengatakan, otoritas Rusia menyembunyikan jasad pengkritik Vladimir Putin tersebut.
Menurut orang dekat Navalny, Kira Yarmash menegaskan, ibu Navalny tak bisa meminta jasad putranya usai kematiannya di penjara Arktik.
Yarmas mengungkapkan, ibu Navalny, Lyudmila, diberitahu bahwa jasad sang tokoh oposisi akan diserahkan usai pemeriksaan pasca kematian selesai dilakukan.
Baca Juga: Netanyahu Menentang Tekanan Internasional dan Tegaskan Tidak Serbu Rafah Sama Saja Kalah Perang
Tim Navalny percaya bahwa sang tokoh telah dibunuh atas perintah Putin.
Navalny merupakan salah satu tokoh penting dari oposisi rezim Kim Jong-un yang harus menjalani hukuman penjara bermotif politik di penjara koloni di Kharp, sekitar 1,900km dari Moskow.
Dikutip dari BBC, ibunya, Lyudmila Navalnaya, dilaporkan telah diberitahu oleh layanan penjara putranya meninggal Jumat (16/2/2024), setelah tak sadarkan diri saat sedang jalan-jalan.
Ia mengunjungi koloni penjara dan diberitahu oleh petugas penjara bahwa waktu kematian Navalny adalah 14.17 waktu setempat.
Sekutu Navalny lainnya, Ivan Zhdanov mengatakan, ibu sang aktivisi diberitahu bahwa Navalny meninggal karena sindrom kematian mendadak.
Itu merupakan istilah umum dan tak jelas untuk suatu kondisi yang menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung yang tak jelas.
Tim Navalny mengatakan, Navalnaya diberitahu bahwa jasad putranya telah dibawa ke kota Salekhard, dekat kompleks penjara. Tetapi saat ia tiba, kamar mayat telah ditutup.
Petugas penjara dilaporkan mengatakan, kepadanya bahwa pemeriksaan post-mortem awal tak meyakinkan dan harus dilakukan pemeriksaan kedua.
Baca Juga: Zelenskyy Sindir Kekurangan Senjata yang Tampak Disengaja oleh Barat dalam Perang Melawan Rusia
Pemerintahan Barat menyalahkan kematian Navalny kepada otoritas Rusia.
Sementara Menteri Luar Negeri dari negara G7 menyerukan Rusia untuk segera mengklarifikasi insiden tersebut.
Putin sendiri hingga saat ini masih belum memberikan pernyataan tentang kematian Navalny.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.