DUBAI, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menyatakan, pengusiran warga Palestina dari wilayah yang diduduki pasukan Israel di Gaza akan memicu konfrontasi selama 1.000 tahun ke depan.
Pernyataan ini disampaikannya dalam World Governments Summit di Dubai, Selasa (13/2/2024).
Aboul Gheit menekankan pentingnya Amerika Serikat (AS) dan blok Barat meminta Israel menghentikan serangannya. Ia juga mengulangi peringatannya terhadap konsekuensi berbahaya dari serangan terus-menerus Israel di Rafah.
"Maksud pendudukan (Israel) untuk menerapkan kebijakan pengusiran terhadap ratusan ribu warga Palestina yang mencari perlindungan terakhir di Rafah dari serangan sembarangan terhadap warga sipil, adalah rencana yang jelas ditolak; hal ini membawa ancaman serius terhadap stabilitas regional," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejak dimulainya pengeboman Israel terhadap Jalur Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, lebih dari satu juta warga Palestina melarikan diri ke Rafah.
Aksi militer Israel di Gaza telah membunuh lebih dari 28.000 nyawa warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Palestina di Gaza.
Aboul Gheit menegaskan, sangat penting bagi AS dan blok Barat untuk meminta Israel menghentikan serangannya dan mendesak agar gencatan senjata segera diberlakukan di Gaza, jika tidak, akan terjadi ledakan kekerasan di Timur Tengah.
Dalam pembahasan kemungkinan solusi dua negara dengan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, Aboul Gheit mencatat skenario itu hanya mungkin terjadi jika Israel "membongkar pemukiman ilegalnya yang dibangun di tanah Palestina."
Baca Juga: Kemlu RI Kutuk Serangan Israel ke Rafah: Bagian Skenario Besar Hilangkan Masa Depan Palestina
Ia menyatakan tindakan Israel di Gaza dan perlakuan terhadap warga Palestina, telah menjadi ancaman terhadap kelangsungan perjanjian perdamaian yang ditandatangani dengan negara tetangganya, terutama dengan negara-negara seperti Mesir dan Yordania.
Tentang ketidakmungkinan untuk menghancurkan perlawanan Palestina.
"Perlawanan tidak bisa dihilangkan, dan ini adalah pelajaran yang harus dipetik dari sejarah," kata Aboul Gheit.
Mengenai dampak Iran dan sekutunya terhadap keamanan regional, ia menyoroti bahwa program nuklir Tehran telah mengundang kemarahan Barat.
Jasem Al-Budaiwi, Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk GCC, sebagai sesama panelis, menyatakan cara terbaik untuk mengatasi ancaman regional adalah melalui dialog.
Ia menekankan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk punya pendekatan bersama dalam menghadapi tantangan di wilayah Timur Tengah.
"Tidak hanya dengan Iran tetapi juga mengakhiri perang di Yaman dan Suriah serta membantu saudara-saudara kita di Lebanon, yang hanya dapat dicapai dengan keterbukaan dan diskusi," sambung Budaiwi.
Al-Budaiwi menambahkan kesepakatan normalisasi Arab Saudi dengan Tehran pada Maret 2023 telah membawa hubungan GCC-Iran ke tingkat baru dan akan memiliki dampak positif besar pada stabilitas regional di masa depan.
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.