Kompas TV internasional kompas dunia

China Bingung Pilih antara Trump atau Biden, Sama-Sama Dianggap Cawan Berisi Buah Simalakama

Kompas.tv - 31 Januari 2024, 04:45 WIB
china-bingung-pilih-antara-trump-atau-biden-sama-sama-dianggap-cawan-berisi-buah-simalakama
Dengan semakin dekatnya pertarungan pemilihan presiden AS antara Donald Trump dan Joe Biden, China dengan cemas mengikuti perkembangan ini, karena keduanya dipandang China sama-sama jelek, bak harus memilih diantara dua cawan berisi buah simalakama. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

BEIJING, KOMPAS.TV - Dengan semakin dekatnya pertarungan pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) antara Donald Trump dan Joe Biden, China dengan cemas mengikuti perkembangan ini. Pasalnya, keduanya dipandang China sama-sama buruk, bak harus memilih di antara dua cawan yang sama-sama berisi buah simalakama.

Ada dua perhatian utama yang membuat China waspada. Pertama, kampanye itu sendiri, di mana kedua kandidat diyakini akan menunjukkan sikap dan retorika keras terhadap China, yang dapat mengancam perbaikan hubungan AS-China yang belum lama ini terlihat.

Kemudian, hasil pemilihan November menjadi perhatian serius. Baik Biden maupun Trump tidak dianggap menarik oleh pemerintah Beijing. Meskipun Biden menunjukkan niat untuk berkolaborasi dengan China, namun langkah-langkahnya untuk menyatukan sekutu di Indo-Pasifik dalam koalisi melawan China menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Beijing.

Selain itu, kecemasan juga muncul terkait pendekatan Biden terhadap Taiwan, di mana ia menyatakan kesiapannya mengirim pasukan AS untuk membela pulau tersebut dalam konflik dengan China, seperti laporan Associated Press, Selasa (30/1/2024).

Di sisi lain, Trump, dengan pendekatan isolasionisnya dalam kebijakan luar negeri, mungkin lebih berhati-hati dalam membela Taiwan. Namun, ketidakpastiannya dan retorika keras terhadap China membuat segalanya mungkin, termasuk kemungkinan memperdalam perang dagang yang belum mereda sejak masa pemerintahannya.

Menurut Zhao Minghao, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Fudan di Shanghai, "Bagi China, tidak peduli siapa yang menang dalam pemilihan presiden AS, keduanya sama-sama dua 'cawan berisi racun'."

Meskipun hubungan AS-China mengalami sedikit perbaikan, ketegangan tetap tinggi, terutama terkait perkara Taiwan. Kepentingan dalam menentukan siapa yang akan berada di Gedung Putih tidak hanya berpengaruh pada hubungan AS - China, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi besar terhadap perdamaian di kawasan Asia-Pasifik.

Baca Juga: Menlu China Tegas, Kemerdekaan Taiwan Bakal Rusak Hubungan Tiongkok-AS

Xi Jinping saat mendengarkan Menlu AS Antony Blinken di Beijing, Senin, (19/6/2023). Dengan semakin dekatnya pertarungan pemilihan presiden AS antara Donald Trump dan Joe Biden, China dengan cemas mengikuti perkembangan ini, karena keduanya dipandang China sama-sama jelek, bak harus memilih diantara dua cawan berisi buah simalakama. (Sumber: AP Photo)

Pendapat Zhao mendapatkan dukungan dari beberapa analis di kedua negara, yang menyarankan bahwa Beijing mungkin melihat Biden sebagai pilihan yang lebih baik di antara dua kejahatan karena kestabilannya, meskipun pemerintah China tetap khawatir dengan upayanya membangun kemitraan untuk menantang China.

Sun Chenghao, seorang peneliti di Pusat Keamanan Internasional dan Strategi di Universitas Tsinghua, menyatakan, "Tidak peduli siapa yang memegang jabatan, itu tidak akan mengubah arah persaingan strategis Amerika dengan China."

Pendapat ini sejalan dengan banyak analis yang berpendapat, meskipun ada perbedaan antara Biden dan Trump, hubungan AS - China kemungkinan akan tetap pada jalur yang sama, seiring China punya pengalaman berurusan dengan keduanya selama empat tahun terakhir.

Di media sosial China, tampaknya banyak komentator yang mendukung Trump. Mereka melihatnya bukan hanya sebagai pengusaha yang siap bernegosiasi, tetapi juga sebagai kekuatan yang mengguncang demokrasi Amerika dan kepemimpinan global AS, yang pada akhirnya menguntungkan Beijing.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x