NEW YORK, KOMPAS.TV - Tuduhan Israel bahwa 12 staf lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 membuat Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain memotong pendanaan dan memicu kembali debat atas penyedia bantuan kemanusiaan terbesar di Gaza.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, yang dikenal sebagai UNRWA, mempekerjakan ribuan staf, menyediakan bantuan dan layanan penting bagi jutaan orang di Timur Tengah. Di Gaza, UNRWA menjadi penyedia utama makanan, air, dan perlindungan bagi warga sipil selama perang Israel - Hamas.
Israel, yang tuduhannya diuraikan dalam dokumen yang diperoleh The Associated Press pada hari Senin (29/1/2024) lalu, sudah lama menyerang lembaga itu, menuduhnya mentolerir atau bahkan berkolaborasi dengan Hamas dan memperpanjang krisis pengungsi Palestina yang berusia 76 tahun.
Pemerintah Israel menuduh Hamas dan kelompok militan lainnya mengalihkan bantuan dan menggunakan fasilitas PBB untuk tujuan militer.
"UNRWA membantah tuduhan tersebut dan mengatakan sudah mengambil tindakan cepat terhadap staf yang dituduh ikut serta dalam serangan tersebut. Amerika Serikat dan donor utama lainnya yang bersama-sama menyumbangkan lebih dari separuh anggaran UNRWA pada tahun 2022 tetap menghentikan pendanaan mereka kepada lembaga itu," seperti laporan Associated Press, Senin (29/1).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan 2 juta warga Palestina di Gaza atau 87% dari populasi, bergantung pada layanan UNRWA yang akan dikurangi mulai Februari jika uang tidak dipulihkan.
Baca Juga: Kepala UNRWA: Penghentian Dana Negara-Negara Donor adalah Hukuman Kolektif bagi Warga Gaza
UNRWA dan Alasan Badan PBB itu Didirikan
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat didirikan untuk memberikan bantuan kepada sekitar 700.000 Palestina yang melarikan diri atau diusir dari apa yang sekarang menjadi Israel selama perang 1948 yang mengelilingi pembentukan negara itu.
Palestina mengatakan para pengungsi dan keturunannya, yang kini jumlahnya hampir 6 juta di seluruh Timur Tengah, punya hak untuk kembali ke rumah mereka.
Israel menolak karena jika hak kembali itu diterapkan sepenuhnya, itu akan menghasilkan mayoritas Palestina di dalam batas-batasnya, yang bertentangan dengan kepentingan nasional negara Yahudi zionis. Nasib para pengungsi dan keturunannya adalah salah satu masalah paling berliku dalam proses perdamaian, yang mandek tahun 2009.
UNRWA mengoperasikan sekolah, klinik kesehatan, proyek infrastruktur, dan program bantuan di kamp-kamp pengungsi yang sekarang menyerupai lingkungan perkotaan padat di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel, Lebanon, Suriah, dan Yordania.
UNRWA menggaji 13.000 staf di Gaza saja, sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina.
Di Gaza, di mana sekitar 85% dari 2,3 juta orang di wilayah itu melarikan diri dari rumah mereka, lebih dari 1 juta orang berlindung di sekolah UNRWA dan fasilitas lainnya.
Baca Juga: Sekjen PBB Minta Barat Tak Hentikan Pendanaan UNRWA, Organisasi Utama untuk Pengungsi Palestina
Pandangan Israel dan Sekutunya tentang UNRWA
Israel menuduh UNRWA memalingkan mata saat Hamas, yang memerintah Gaza sejak 2007, mengalihkan bantuan yang ditujukan untuk warga sipil dan bertempur dari dalam dan sekitar fasilitas PBB, beberapa di antaranya diserang selama perang.
Israel juga mengungkapkan terowongan Hamas yang berjalan di sebelah atau di bawah fasilitas UNRWA dan menuduh lembaga itu mengajarkan kebencian terhadap Israel di sekolahnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.