ANKARA, KOMPAS.TV - Selain serangan bom yang mematikan dengan korban hampir 26.000 jiwa sejak 7 Oktober, tema utama serangan Gaza Israel yang berlangsung adalah dehumanisasi terhadap Palestina dan pernyataan eksplisit mengenai niat untuk mengusir seluruh penduduk Gaza.
Pernyataan itu telah dikecam habis oleh kelompok hak asasi manusia, pakar hukum, dan pejabat PBB sebagai rencana pembersihan etnis di Gaza, seperti yang dilaporkan oleh Anadolu pada Kamis (25/1/2024).
Pernyataan kontroversial lainnya mengenai pemusnahan total Gaza dan penduduknya juga menjadi bagian penting dari kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel di Pengadilan Internasional (ICJ), yang akan memutuskan langkah-langkah sementara pada hari Jumat, (26/1/2024).
Garis merah dari semua rencana kontroversial ini adalah rencana biadab Israel untuk mengurangi jumlah penduduk Gaza, baik melalui pemaksaan pengusiran ke Semenanjung Sinai Mesir atau pulau buatan di Laut Tengah, melalui pendudukan permanen Gaza dengan pemukiman Yahudi ilegal, atau bahkan seruan lantang untuk melepas bom nuklir ke Gaza.
Bahkan sekutu Israel yang paling setia, Amerika Serikat, menolak seluruh rencana tersebut, seperti laporan Anadolu, Kamis, (25/1/2024).
“Washington telah menyatakan dengan jelas bahwa warga sipil tidak boleh dipaksa meninggalkan Gaza dalam keadaan apa pun,” kata Linda Thomas-Greenfield, utusan AS untuk PBB, dalam pernyataan terbarunya.
“Kami menolak dengan tegas pernyataan beberapa menteri dan anggota parlemen Israel yang menyerukan pemukiman kembali Palestina di luar Gaza. Pernyataan-pernyataan ini, bersama dengan pernyataan-pernyataan oleh pejabat Israel yang menyerukan perlakuan buruk terhadap tahanan Palestina atau penghancuran Gaza, adalah tidak bertanggung jawab, memprovokasi, dan hanya membuat sulit untuk mencapai perdamaian yang langgeng,” ujarnya.
Baca Juga: Besok, Mahkamah Internasional Putuskan Apakah Israel Harus Tangguhkan Operasi Militernya di Gaza
Melepas bom nuklir di Gaza
Tanpa keraguan, ancaman Israel yang paling mengerikan terungkap pada hari Rabu, ketika Menteri Warisan sayap kanan Israel, Amichai Eliyahu, memperbarui seruannya untuk menghancurkan Jalur Gaza dengan “bom nuklir.”
“Bahkan di Den Haag mereka tahu posisi saya,” katanya dalam wawancara, merujuk kepada ICJ.
Eliyahu sebelumnya pada bulan November mengatakan, melepas bom nuklir di Jalur Gaza adalah “sebuah opsi.”
Menteri garis keras ini, yang menggunakan retorika ekstrem melawan Palestina, juga menyerukan agar penduduk Gaza didorong untuk pindah dari enklave tersebut.
Tim hukum Afrika Selatan di ICJ juga mencantumkan pernyataan Eliyahu dalam gugatannya ke pengadilan tinggi PBB.
David Campbell, profesor hubungan internasional di Universitas Wina, mengkritik pernyataan Eliyahu sebagai “benar-benar tidak dapat dibenarkan.”
“Rencana-rencana itu benar-benar tidak dapat diterima,” katanya kepada Anadolu, merujuk juga pada rencana Israel untuk memindahkan penduduk Gaza dari wilayah mereka.
Campbell juga menekankan menteri tersebut berasal dari ideologi sayap kanan jauh dan telah memicu kemarahan dari dunia Barat, “Reaksi terhadap pernyataannya dari dunia Barat sangat kritis dan negatif,” katanya.
Baca Juga: Terekam oleh TV Inggris, Pria Palestina Ditembak Mati Tentara Israel Saat Mengibarkan Bendera Putih
Pindah ke 'pulau buatan'
Rencana terbaru lainnya diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, yang menampilkan video berjudul “Inisiatif Pulau Buatan Gaza” dalam pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa hari Senin.
“Pembangunan pulau buatan dengan pelabuhan dan instalasi infrastruktur sipil di lepas pantai Gaza akan memberikan warga Palestina akses kemanusiaan, ekonomi, dan transportasi ke dunia, tanpa mengancam keamanan Israel,” kata narator video tersebut.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.