KAMPALA, KOMPAS.TV - Para kepala negara Gerakan Non-Blok secara resmi menyebut agresi militer Israel di Jalur Gaza sebagai ilegal, Sabtu (20/1/2024). Mereka juga tegas mengutuk serangan sembarangan terhadap warga sipil Palestina, infrastruktur sipil, dan pengusiran paksa penduduk Palestina.
Sambil mendesak gencatan senjata yang sangat dibutuhkan agar bantuan kemanusiaan dapat mencapai Jalur Gaza, dalam pernyataan bersama, gerakan tersebut mendukung solusi dua negara berdasarkan batas-batas sebelum tahun 1967, ketika Israel merebut Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur dalam perang singkat dengan negara-negara Arab tetangganya.
Melansir Associated Press, Minggu (21/1/2024), kelompok tersebut juga mengulangi dukungan bagi negara Palestina untuk diterima sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar dapat mengambil tempatnya yang sah di antara masyarakat bangsa-bangsa.
Gerakan Non-Blok, yang terbentuk selama runtuhnya sistem kolonial dan pada puncak Perang Dingin, telah memainkan peran kunci dalam proses dekolonisasi, menurut situs webnya.
Negara-negara anggota Gerakan Non-Blok tidak secara resmi bersekutu dengan atau melawan blok kekuatan besar mana pun.
Sebanyak 90 perwakilan, termasuk 30 kepala negara, dari 120 negara yang menjadi anggota Gerakan Non-Blok, ikut serta dalam konferensi seminggu di ibu kota Uganda, Kampala. Acara tersebut mencapai puncaknya dalam KTT kepala negara pada Jumat (19/1) dan Sabtu (20/1).
Pernyataan Gerakan Non-Blok mengatakan anggotanya sangat prihatin dengan terus memburuknya situasi di lapangan dan krisis kemanusiaan.
Gerakan tersebut mengutuk kegiatan konstruksi dan ekspansi permukiman Israel yang terus berlanjut di seluruh wilayah Palestina, termasuk di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel di Suriah.
Baca Juga: Mesir Desak KTT Gerakan Non-Blok Mengutuk Tindakan Israel di Gaza
Kelompok tersebut meminta perhatian komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB.
"Dalam hal ini, sudah saatnya mengakhiri pendudukan yang sangat tidak dapat diterima ini, yang terus diberlakukan dengan pelanggaran hukum internasional yang mencolok, dan memastikan implementasi berbagai resolusi Majelis Umum dan Dewan Keamanan yang relevan," demikian pernyataan itu.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa penolakan untuk menerima solusi dua negara bagi Israel dan Palestina, serta penolakan hak kemerdekaan bagi rakyat Palestina, adalah hal yang tidak dapat diterima.
Ia mendukung posisi Gerakan Non-Blok yang mendesak reformasi Dewan Keamanan PBB.
"Gerakan Anda telah lama menyoroti kelemahan sistemik Dewan dan kebutuhan akan reformasi untuk menjadikannya benar-benar efektif dan representatif. Bagaimana kita dapat menerima bahwa benua Afrika masih kekurangan satu anggota tetap?" tanyanya.
Guterres mengatakan, pembunuhan 152 staf PBB di Gaza sangat mengguncang. Ia menambahkan, serangan Hamas terhadap Israel dan penghancuran Gaza oleh pasukan Israel dalam 110 hari adalah sesuatu yang benar-benar belum pernah terjadi selama masa jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebutkan hampir 25.000 warga Palestina tewas dibunuh Israel dalam perang saat ini, dan PBB menyatakan seperempat dari 2,3 juta orang yang terjebak di Gaza kelaparan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.