Kompas TV internasional kompas dunia

Korea Utara Klaim Berhasil Uji Coba Drone Serang Nuklir Bawah Laut Menanggapi Latihan Militer Korsel

Kompas.tv - 19 Januari 2024, 23:05 WIB
korea-utara-klaim-berhasil-uji-coba-drone-serang-nuklir-bawah-laut-menanggapi-latihan-militer-korsel
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Korea Utara hari Jumat, (19/1/2024) mengumumkan mereka menguji coba drone serang nuklir bawah laut sebagai respons terhadap latihan angkatan laut bersama antara Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang minggu ini. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Utara hari Jumat (19/1/2024) mengumumkan mereka menguji coba drone serang nuklir bawah laut sebagai respons terhadap latihan angkatan laut bersama antara Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang minggu ini. Tindakan ini dilakukan seiring dengan terus dituduhnya para rivalnya sebagai pihak yang meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Uji coba itu terjadi beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyatakan akan meninggalkan tujuan perdamaian untuk penyatuan dengan Korea Selatan, dan negaranya akan merombak konstitusinya untuk menetapkan Korea Selatan sebagai musuh luar negeri yang paling mengancam.

Melansir Associated Press, Jumat (19/1/2024), ketegangan di Semenanjung Korea meningkat ke puncaknya dalam beberapa tahun terakhir seiring Kim mempercepat aktivitas uji coba senjatanya dan mengancam konflik nuklir.

AS dan sekutu-sekutunya di Asia merespons dengan memperkuat latihan militer bersama mereka, yang oleh Kim disebut sebagai latihan invasi.

Drone serang nuklir bawah laut yang diduga milik Korea Utara, yang pertama kali diuji tahun lalu, merupakan salah satu dari berbagai sistem senjata yang ditunjukkan dalam beberapa tahun terakhir saat Kim memperluas persenjataan nuklirnya.

Militer Korea Selatan bersikeras Korea Utara melebih-lebihkan kemampuan pesawat tanpa awak tersebut, yang diduga dirancang untuk melancarkan serangan terhadap kapal musuh dan pelabuhan.

Militer Korea Utara mengatakan uji coba dilakukan di perairan timur sebagai respons terhadap latihan angkatan laut bersama AS, Korea Selatan, dan Jepang, yang berakhir hari Rabu di perairan selatan pulau Jeju.

Baca Juga: Kim Jong-Un Ogah Korea Utara dan Korea Selatan Bersatu Lagi: Sudah Jadi Dua Negara yang Bermusuhan

Kapal induk USS Carl Vinson, kiri, bersama kapal perusak Aegis AL Korea Selatan Raja Sejong Agung dan kapal perusak Aegis Jepang Kongou di perairan internasional pantai selatan semenanjung Korea selama latihan gabungan baru-baru ini pada tahun 2024 (Sumber: AP Photo)

"Posisi kontra nuklir bawah laut dari tentara kami semakin disempurnakan, dan berbagai tindakan respons maritim dan bawah laut akan terus menahan manuver militer yang bersifat musuh dari angkatan laut AS dan sekutunya," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Utara.

"Kami sangat menentang tindakan sembrono AS dan pengikutnya yang serius mengancam keamanan Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) sejak awal tahun ini, dan dengan tegas memperingatkan mereka akan konsekuensi bencana yang akan diakibatkan oleh tindakan mereka," demikian pernyataan tersebut, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.

Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara juga menguji berbagai sistem peluru kendali yang dirancang untuk menargetkan AS dan sekutu-sekutunya di Asia. Korut juga mengumumkan doktrin nuklir eskalatif yang memberikan otoritas kepada militer untuk melakukan serangan nuklir preventif jika kepemimpinan di Pyongyang terancam.

Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik pertamanya tahun 2024 hari Minggu, yang digambarkan media negara sebagai rudal berjangka menengah berbahan bakar padat dengan hulu ledak hipersonik, kemungkinan ditujukan untuk menyerang pangkalan militer AS di Guam dan Jepang.

Pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB hari hari Kamis, Korea Selatan mendesak dewan tersebut "untuk mengakhiri keheningan" terkait uji coba rudal dan ancaman Korea Utara yang semakin meningkat.

Anggota tetap dewan tersebut, Rusia dan China, menghalangi upaya yang dipimpin AS untuk meningkatkan sanksi terhadap Pyongyang atas aktivitas uji coba terakhirnya, menyoroti perpecahan yang semakin dalam terkait perang Rusia di Ukraina. Korea Selatan sendiri menjabat dalam periode dua tahun di dewan tersebut.


 

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x