JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia terus mengkaji kemungkinan bergabung dengan organisasi antarpemerintah BRICS. Retno menyebut Indonesia sedang mempelajari keuntungan yang bisa diperoleh jika bergabung dengan organisasi tersebut.
Retno menekankan bahwa Indonesia tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Perempuan berusia 61 tahun ini berjanji kebijakan luar negeri Indonesia akan diperhitungkan dengan matang.
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Parah, Negara BRICS Gelar KTT Luar Biasa, Putin dan Xi Jinping Hadir
"Politik luar negeri kita selalu diperhitungkan dengan matang, tidak ada keputusan yang begitu saja dikeluarkan," kata Retno Marsudi, Kamis (4/1/2024).
"Jadi untuk saat ini Indonesia masih terus mempelajari keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan bergabung dalam BRICS," lanjutnya.
BRICS sendiri belakangan ini berekspansi dengan menambah lima anggota baru. Per 1 Januari 2024 lalu, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Iran, dan Etiopia resmi bergabung.
Sebelumnya, BRICS terdiri dari lima negara, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan sehinga membentuk singkatan BRICS.
Menlu Retno sendiri menyatakan bahwa Indonesia terbuka bekerja sama dengan pihak mana pun selama kerja sama tersebut bersifat saling menguntungkan.
Retno menambahkan, Indonesia telah berhubungan baik dengan negara-negara anggota BRICS. Nilai perdagangan Indonesia yang paling besar pun tercatat dilakukan dengan salah satu anggota BRICS, China.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai perdagangan Indonesia-China pada periode Januari-Oktober 2023 tercatat 104,84 miliar dolar AS.
"Kalau kita belum masuk BRICS, hubungan kita dengan masing-masing negara (anggota) terjaga dengan sangat baik," kata Retno dikutip Antara.
Baca Juga: Jokowi di KTT BRICS: Kita Semua Melihat Tatanan Ekonomi Dunia Saat Ini Sangat Tidak Adil
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.