JAKARTA, KOMPAS.TV - Mikhail Krasnov (45) tak pernah berniat mencalonkan diri menjadi wali kota Tunja, kota di Kolombia, dalam Pilkada yang digelar Oktober 2023 silam. Perjalanannya dari negeri kelahirannya di Rusia ke Kolombia, pada 2018 silam, hanya semata-mata belajar, sebab dia ikut dalam program pertukaran pelajar. Tak disangka, begitu menginjakkan kaki di kota Tunja, yang terkenal dengan dataran tinggi Andes dan berpenduduk 170 ribu jiwa, dia langsung jatuh cinta. Kemudian mempelajari budaya sekaligus bahasa setempat, Spanyol.
Baca Juga: Kolombia Segera Usul ke PBB agar Palestina Dapat Pengakuan Penuh Jadi Negara Merdeka dan Berdaulat
Lama-lama dia pun tinggal permanen dan pindah kewarganegaraan dua tahun silam. Berkat posisinya sebagai profesor di salah satu universitas di sana, dia dijuluki ”profesor asal Rusia” oleh warga setempat. Ketika pendaftaran Pilkada digelar dia pun mendaftar. ”Ibuku berdarah Ukraina, ayahku orang Rusia, dan aku sendiri (sekarang) orang Kolombia,” ujar Krasnov yang mengajar mata kuliah ekonomi dan hak asasi manusia itu.
Awalnya Krasnov ingin maju sebagai calon wali kota independen dengan mengumpulkan 30.000 tanda tangan dukungan warga. Tanda tangan sebanyak itu berhasil didapat, tetapi ia tak mampu membayar 10.000 dollar AS (Rp 155 juta), syarat pencalonan lainnya. Untunglah, partai Kekuatan untuk Perdamaian—yang baru didirikan tahun lalu—mau mengusungnya sebagai calon wali kota.
Dalam kampanye, Krasnov menjanjikan perang terhadap korupsi dan mendukung meritokrasi. Meritokrasi, menurut dia, diperlukan karena jatah-jatah pekerjaan atau jabatan kerap jatuh ke tangan orang-orang yang punya koneksi atau ”orang dalam”. Ia juga berjanji mengurangi utang Pemerintah Kota Tunja.
Rupanya, kampanye menarik perhatian warga lokal hingga dia pun menang dalam pemilihan itu. Krasnov menyisihkan delapan pesaingnya, termasuk calon dukungan partai pengusung Presiden Kolombia Gustavo Petro, dengan meraup dukungan 31 persen suara. ”Ini hasil sangat mengejutkan,” ujar Alejandra Monroy Martínez, ilmuwan politik di Tunja.
Baca Juga: Murka, Presiden Kolombia Ancam Tuntut PM Israel Benjamin Netanyahu ke Semua Pengadilan Internasional
Ia menyebut kemenangan Krasnov mencerminkan ketidakpuasan warga Tunja pada kelas elite politik yang selama ini berkuasa. ”Wali kota-wali kota sebelumnya mengecewakan kami karena mereka hanya mengantongi sendiri seluruh dana anggaran,” kata Alba Rodríguez Parra (56), warga setempat.
Sumber : Kompas TV/kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.