KOMPAS.TV, MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut klaim Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bahwa Moskow mungkin menyerang NATO tidak masuk akal dan sekadar omong kosong belaka.
"Ini benar-benar tidak masuk akal. Saya yakin Presiden Biden menyadari ini, ini hanya ungkapan untuk mendukung strategi salahnya melawan Rusia," ujar Putin dalam wawancara dengan jurnalis Rossiya-1, Pavel Zarubin, seperti laporan TASS, Senin (18/12/2023).
Putin menambahkan, Rusia tidak punya kepentingan untuk berperang dengan negara-negara NATO. Selain menyatakan Moskow dan anggota NATO tidak punya klaim wilayah satu sama lain, Putin juga mencatat Rusia tidak ingin merusak hubungan dengan mereka negara-negara NATO.
Menurut pemimpin Rusia itu, "presiden dari negara besar apa pun, terutama negara NATO, seharusnya memahami hal itu, terlebih lagi presiden Amerika Serikat, satunya-satunya pemilik NATO, ini adalah halaman belakang mereka - seluruh organisasi NATO."
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengelaborasi, dengan mengatakan negaranya tidak berniat menyerang negara-negara NATO, mengulangi komentar Presiden Vladimir Putin pada hari Minggu sebagai respons terhadap pernyataan Presiden AS Joe Biden awal bulan ini.
"Ia (Presiden Rusia Vladimir Putin) mengatakan ini omong kosong belaka dan semua orang, termasuk Presiden Biden, tahu benar Rusia tidak punya rencana seperti itu, kita tidak memiliki sengketa wilayah dengan negara-negara NATO. Pada umumnya, kita tidak lagi punya sengketa wilayah dengan siapa pun, termasuk Jepang," kata Sergey Lavrov dalam wawancara dengan saluran TV Channel One.
Menurut Lavrov, Barat yang memutuskan hubungan dengan Rusia, dan Moskow tidak pernah berusaha memutuskan hubungan.
"Mereka yang memutuskan hubungan dengan kami, mereka membuat kita menjadi lawan, atau sekarang musuh. Kami tidak pernah berusaha memutuskan hubungan ini, pernyataan seperti itu mencerminkan situasi yang sangat putus asa dari pihak Washington," ujar Lavrov.
Baca Juga: Temuan Alat Penyadap di Kantor Panglima Militer Ukraina kala Ketegangan dengan Presiden Zelenskyy
Barat menyadari mereka tidak akan dapat melemahkan Moskow sebagai pemain independen di panggung internasional, kata Lavrov .
"Banyak yang yakin bahwa semakin kuat, luas, dan serbaguna fondasi ekonomi, semakin rendah peluang hubungan Rusia dengan Barat, yaitu negara-negara dengan yang interdependensinya tumbuh, terjun ke dalam konflik bersenjata," kata Lavrov.
"Namun, Barat tidak ragu untuk melakukannya untuk mencapai tujuan utamanya, yang sekarang jelas - menghancurkan Rusia sebagai pemain independen di panggung internasional. Jelas, mereka sekarang menyadari sifat sia-sia dari tujuan ini, tetapi tentu saja mereka tidak bisa mengatakannya dengan jujur, melakukan 180 di depan pemilih mereka menjelang siklus pemilihan karena takut kehilangan muka dan reputasi," tegasnya.
Diplomat papan atas itu juga mengatakan hingga saat ini, Rusia dan Barat telah membangun hubungan pragmatis.
"Pragmatisme Barat, khususnya Jerman dan Eropa secara umum, seharusnya memainkan perannya sebagaimana dulu bekerja dalam kerja sama pasokan gas Rusia [ke Eropa], serta pasokan peralatan dan teknologi tinggi dari Jerman dan negara-negara Eropa lainnya ke Rusia. Semua ini memperkuat interdependensi kita, yang kami akui sebagai faktor positif pada akhir 2000-an dan 2010-an, sebagai dasar ekonomi di mana keamanan bisa diperkuat," tambah Lavrov.
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.