PYONGYANG, KOMPAS.TV - Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak pendek yang akhirnya jatuh ke laut, Minggu (17/12/2023).
Namun, pemerintahan Kim Jong-un menyalahkan Amerika Serikat (AS) yang dinilai telah meningkatkan tensi militer di Semenanjung Korea.
Baca Juga: Putin Ancam Bakal Ada Masalah usai Finlandia Gabung NATO, Ini yang Dilakukannya
Rudal tersebut ditembakkan di pantai timur Korea Utara di dekat Pyongyang, dan terbang sejauh 570 km, sebelum kemudian jatuh ke laut.
Dilansir Fox News, Penjaga Pantai Jepang mengatakan rudal tersebut jatuh ke laut kurang dari 20 menit setelah diluncurkan.
Pihak Korea Selatan menyebut peluncuran rudal tersebut sebagai pelanggaran atas resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang Korea Utara menggunakan teknologi balistik.
Kementerian Pertahanan Korea Utara mengeluarkan pernyataan setelah peluncuran itu, namun tak menyebut rudal balistik.
Kementerian itu malah menyalahkan AS atas apa yang mereka sebut sebagai ancaman militer sembrono, yang menganggu stabilitas kawasan.
Hal itu mengacu pada penempatan aset militer AS, termasuk pesawat pengebom strategis dan kapal selam bertenaga nuklir di Korea Selatan.
“Angkatan bersenjata DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara) akan sepenuhnya menetralisir upaya AS dan pasukan bawahannya untuk memicu perang nuklir dan dengan demikian menjamin perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea,” kata juru bicara kementerian dalam sebuah pernyataan.
Pyongyang juga mengecam langkah Washington dan Seoul yang menyertakan skenario operasi nuklir dalam latihan gabungan.
Baca Juga: Netanyahu Ternyata Sempat Dukung Solusi Dua Negara, Mantan Dubes AS: Ia Pembohong
Mereka menggambarkan hal itu sebagai ancaman terbuka penggunaan senjata nuklir terhadap Korea Utara dan berjanji akan mempersiapkan tindakan penanggulangan ofensif yang belum ditentukan.
Beberapa jam sebelum Korea Utara meluncurkan rudal, AS dan Korea Selatan membuat pernyataan gabungan yang memperingatkan Pyongyang.
Mereka mengatakan setiap serangan nuklir ke AS dan sekutu-sekutunya tidak akan bisa diterima dan akan berujung pada akhir pemerintahan Kim Jong-un di Korea Utara.
Sumber : Fox News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.