Hamas Serang AS Usai Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza: Sikap Tak bermoral dan Tak Manusiawi

NEW YORK, KOMPAS.TV - Hamas menyerang Amerika Serikat (AS) setelah memveto resolusi gencatan senjata di Gaza yang diajukan Dewan Keamanan (DK) PBB.

AS memutuskan memveto resolusi gencatan senjata yang diajukan DK PBB, Jumat (8/12/2023).

Resolusi gencatan senjata di Gaza diajukan setelah Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres mengaktifkan pasal 99 dari Piagam PBB.

Baca Juga: Dewan Keamanan Bersidang Bahas Desakan Sekjen PBB untuk Gencatan Senjata di Gaza, AS Langsung Tolak

Hal itu dilakukan Guterres setelah menilai apa yang terjadi di Gaza sudah sangat parah dan harus menjadi perhatian DK PBB.

Namun, Pemerintah Israel menentang hal tersebut, dan AS juga memiliki keputusan yang sama dengan memvetonya.

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas pun mengecam keras veto yang dilakukan oleh Pemerintah AS tersebut.

“Hambatan Amerika terhadap dikeluarkannya resolusi gencatan senjata adalah partisipasi langsung pendudukan (Israel) dalam membunuh rakyat kami,” katanya dikutip dari CNN.

Resolusi yang ditawarkan oleh Uni Emitrat Arab (UEA), telah menyerukan untuk segera dilakukannya gencatan senjata kemanusiaan.

Selain itu juga pembebasan secepatnya dan tanpa syarat dari semua sandera, serta memastikan akses kemanusiaan.

Sebanyak 13 anggota DK PBB setuju dengan resolusi tersebut, namun AS memveto-nya, dan Inggris memutuskan abstain.

AS sendiri sebelumnya telah mensinyalkan ketidaksetujuan atas draft dari resolusi itu.

AS, yang merupakan satu dari lima anggota permanen yang memiliki kekuatan veto, terus menolak gencatan senjata.

Baca Juga: PBB Setujui 5 Resolusi Dukung Penuh Palestina yang Ditentang Israel dan AS, Ini Peran Indonesia

Mereka selalu menyerukan hak Israel untuk mempertahankan dirinya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

Itu menjadi upaya draf resolusi keenam dari DK PBB terkait perang Israel-Hamas di Gaza.

Namun hanya satu resolusi yang sukses, yaitu seruan jeda kemanusiaan dan koridor yang dilakukan di Gaza pada bulan lalu.