ISTANBUL, KOMPAS.TV - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA dalam laporan yang dirilis hari Senin, (4/12/2023) mengungkapkan hampir 1,9 juta jiwa di Gaza, setara dengan lebih dari 80% populasi, terusir dari tempat tinggal mereka sejak 7 Oktober. Selain itu, perangkat medis mulai melaporkan penyebaran penyakit menular di kalangan pengungsi Gaza.
Sejak dimulainya konflik tersebut, 111 staf UNRWA telah kehilangan nyawa mereka.
Jumat lalu, suasana sedih kembali menyelimuti langit Gaza ketika pasukan Israel mengakhiri seminggu jeda kemanusiaan dan melanjutkan serangan udara mereka. Kematian akibat serangan Israel sejak 7 Oktober sudah mencapai 15,899 jiwa, dengan 41,316 lainnya terluka.
Dalam kekacauan perang, banyak warga Palestina awalnya diarahkan untuk pindah ke selatan Gaza oleh Israel, dengan harapan akan lebih aman. Namun, kenyataannya, tidak ada tempat yang aman di seluruh Jalur Gaza.
Namun, tragedi ini tidak hanya merambah pada kehidupan para pengungsi. Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, menjadi saksi bisu dari kengerian yang dialami oleh masyarakat setempat.
Dokter dan tenaga medis di Gaza melaporkan penyebaran cepat penyakit menular di tengah kepadatan pengungsi yang terpaksa berlindung di Gaza.
Baca Juga: Netanyahu Tolak Perintah AS dan Otoritas Palestina Kelola Gaza Usai Perang, Ingin Hamas Hancur
Dr. Asem Mohammed, seorang dokter di rumah sakit tersebut, menjelaskan, "Kepadatan penduduk menciptakan kondisi yang sangat mendukung penyebaran penyakit menular. Keterbatasan peralatan medis dan akses terhadap air bersih semakin membuat situasi makin buruk."
Dokter-dokter ini juga mengeluhkan kurangnya vaksin esensial untuk bayi baru lahir, yang mempercepat penyebaran penyakit di antara mereka yang paling rentan.
Rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat penyembuhan, kini dipenuhi dengan "penyakit menular seperti infeksi jamur, infeksi kulit, pneumonia, dan masalah epidemiologis," tambah Dr. Mohammed.
Namun, keadaan tak berdaya ini tidak hanya dirasakan oleh para tenaga medis. Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dengan nada pedih menyampaikan pengalaman timnya di Rumah Sakit Nassar melalui media sosial pada hari Minggu.
"Rumah sakit ini penuh dengan 1.000 pasien, tiga kali lipat kapasitasnya. Pasien menerima perawatan di lantai, berteriak kesakitan. Ini di luar batas keterbatasan - sulit untuk dipercayai sebagai penyediaan layanan kesehatan." kecam Tedros.
Dengan ribuan warga mencari perlindungan di fasilitas yang sudah tak mampu menampung, Tedros menyerukan gencatan senjata. "Hentikan serangan. SEKARANG!," serunya penuh amarah.
Sumber : Anadolu / WHO / UNRWA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.