TEL AVIV, KOMPAS.TV - Kementerian Pertahanan Israel melaporkan 2.005 personel militer atau tentara dan anggota keamanan terluka, 287 masih dirawat, 28 dalam kondisi serius sejak 7 Oktober, menjadikannya catatan resmi pertama tentang korban militer di pihak Israel, Kamis (30/11/2023). Tak ada keterangan tentang personel militer yang tewas.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant bersikeras perang melawan Hamas akan dilanjutkan, seperti laporan Times of Israel.
Ada tiga tujuan utama Netanyahu, yakni "penghancuran Hamas, pemulangan semua korban penculikan, dan memastikan Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel."
Gencatan senjata sementara sedang berlangsung, dengan Hamas melepaskan 10 sandera perempuan dan anak-anak setiap hari sebagai imbalan Israel melepas tawanan warga Palestina, menghentikan serangan dan memberikan bantuan kemanusiaan.
Meski ada pembicaraan untuk perpanjangan kesepakatan, Israel menegaskan pembebasan semua sandera perempuan dan anak-anak jadi prasyarat mutlak sebelum memperluas negosiasi.
Pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Israel menegaskan, "Kita punya kesepakatan, kesepakatan itu berkaitan dengan anak-anak dan perempuan."
Israel menolak saran bahwa Hamas tidak tahu di mana sandera tersebut berada.
Netanyahu menekankan pembebasan puluhan sandera selama gencatan senjata adalah prestasi yang sangat besar, tetapi setelah tahap ini, Israel tanpa ragu-ragu akan kembali berperang.
Baca Juga: Hamas-Israel Akhirnya Sepakat Kembali Memperpanjang Gencatan Senjata, Masuki Hari Ketujuh
Gallant menegaskan, "Kami melakukan segala upaya untuk mengembalikan sandera dan menyelesaikan proses pengembalian perempuan dan anak-anak di Gaza."
Sementara itu, Kepala Staf IDF, militer Israel, Jenderal Letnan Herzi Halevi, menyetujui rencana pertempuran untuk fase selanjutnya. Meskipun ada upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata jangka panjang, Israel menegaskan niatnya untuk melanjutkan operasi militer dan memastikan keselamatan warga sipil.
Dalam konteks ini, perwakilan Israel di Qatar, termasuk bos Mossad David Barnea, tengah berdiskusi untuk memperpanjang gencatan senjata.
Israel menegaskan, fokus saat ini adalah pembebasan sandera perempuan dan anak-anak, sebelum membahas kelompok lain.
Meski terdapat laporan mengenai potensi kesepakatan umum, Israel menegaskan tujuan mereka tetap mencabut akar Hamas dan membebaskan semua sandera, menolak kemungkinan koordinasi masa pergi Hamas dari Gaza.
Konflik terkini menunjukkan fokus Israel pada area selatan Gaza, dengan upaya memastikan zona aman bagi warga sipil. Meski demikian, Israel menegaskan niatnya untuk membunuh Hamas di mana pun mereka berada.
Dalam beberapa pekan terakhir, penduduk diminta pindah ke area selatan yang relatif lebih aman. Namun, serangan udara juga dilakukan di sana. Sebelum gencatan senjata, jenderal tertinggi Israel menyatakan kesiapan untuk memindahkan pertempuran ke area lain di Jalur Gaza.
Konflik berlangsung di tengah tuduhan Israel dan Amerika Serikat (AS) bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, sebuah taktik yang sangat dikecam. Israel menekankan keinginan mereka untuk fokus pada operasi melawan teroris dan melindungi warga sipil dari bahaya.
Sumber : Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.