WASHINGTON, KOMPAS.TV - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger, diplomat dengan kacamata tebal dan suara serak yang mendominasi kebijakan luar negeri saat Amerika Serikat melepaskan diri dari Vietnam dan merintis hubungan dengan China, meninggal Rabu (29/11/2023), seperti diumumkan oleh firma konsultannya. Ia wafat pada usia 100 tahun.
Dengan kehadiran yang egaliter namun berkuasa, serta kentalnya manipulasi kekuasaan di belakang layar, Kissinger memberikan pengaruh yang luar biasa pada urusan global di bawah kepemimpinan Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford, yang keduanya menghasilkan pujian dan Penghargaan Nobel Perdamaian.
Berdekade kemudian, namanya masih memicu perdebatan sengit mengenai titik balik kebijakan luar negeri yang sudah lama berlalu, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Kamis (30/11/2023).
Pengaruh Kissinger berkembang selama krisis Watergate, di mana diplomat yang peka politik ini mengambil peran mirip dengan wakil presiden bagi Nixon yang lemah.
“Tak diragukan lagi harga diriku tersinggung,” tulis Kissinger kemudian tentang pengaruhnya yang semakin berkembang.
"Namun, emosi dominan adalah firasat sebuah bencana."
Seorang Yahudi yang melarikan diri dari Jerman Nazi bersama keluarganya pada masa remaja, Kissinger di tahun-tahun terakhirnya membentuk reputasi sebagai negarawan yang dihormati, memberikan pidato, memberikan saran kepada kubu Republik dan Demokrat, serta mengelola bisnis konsultasi global.
Beliau muncul beberapa kali di Gedung Putih saat Presiden Donald Trump. Namun, dokumen dan rekaman era Nixon yang muncul selama bertahun-tahun membawa pengungkapan, banyak di antaranya menggunakan kata-kata Kissinger sendiri, yang kadang menggambarkannya dalam kesan yang keras.
Tak pernah luput dari kritik, Kissinger setelah meninggalkan pemerintahan dikejar oleh para pengkritik yang berpendapat ia harus dimintai pertanggungjawaban atas kebijakannya terhadap Asia Tenggara dan dukungannya terhadap rezim represif di Amerika Latin.
Selama delapan tahun yang penuh gejolak, pertama sebagai penasihat keamanan nasional, kemudian sebagai menteri luar negeri, dan sesaat memegang kedua jabatan tersebut, Kissinger menjelajahi berbagai isu kebijakan luar negeri utama.
Ia melakukan diplomasi hilir-mudik atau "shuttle diplomacy" pertama dalam upaya mencapai perdamaian di Timur Tengah, dan menggunakan saluran rahasia untuk mengejar hubungan antara Amerika Serikat dan China, mengakhiri dekade isolasi dan saling permusuhan.
Baca Juga: Kissinger: Sudah Waktunya Perdamaian Berdasarkan Perundingan Damai atas Perang Rusia - Ukraina
Beliau memulai perundingan Paris yang pada akhirnya memberikan cara menyelamatkan wajah Amerika Seriakt atas kekalahan perang Vietman, katanya, untuk menarik negara tersebut keluar dari perang mahal di Vietnam. Dua tahun kemudian, Saigon jatuh ke tangan komunis.
Dan Kissinger mengejar kebijakan detente dengan Uni Soviet yang menghasilkan perjanjian pengendalian senjata dan membuka kemungkinan bahwa ketegangan Perang Dingin dan ancaman nuklirnya tidak harus berlangsung selamanya.
Kebijakan detente adalah suatu pendekatan dalam hubungan internasional yang bertujuan mengurangi ketegangan dan meningkatkan kerjasama antara negara-negara yang sebelumnya berselisih, terutama dalam konteks Perang Dingin.
Di usia 99 tahun, beliau masih turun ke lapangan untuk promosi bukunya tentang kepemimpinan. Saat ditanya dalam wawancara dengan ABC pada Juli 2022 apakah dia ingin mengubah keputusannya saat menjabat, Kissinger menolak dan mengatakan,
"Saya telah memikirkan masalah-masalah ini sepanjang hidup saya. Ini adalah hobiku sekaligus pekerjaanku. Jadi, rekomendasi yang saya buat adalah yang terbaik dari kemampuan saya saat itu."
Bahkan pada saat itu, dia punya pandangan campuran tentang rekam jejak Nixon, mengatakan "kebijakan luar negerinya bertahan dan dia cukup efektif dalam kebijakan dalam negeri" sambil mengakui bahwa presiden yang tercela itu "membiarkan dirinya terlibat dalam beberapa langkah yang tidak pantas bagi seorang presiden."
Ketika Kissinger merayakan ulang tahunnya yang ke-100 pada Mei 2023, putranya, David, menulis di The Washington Post bahwa "seratus tahun ayahku mungkin terasa tak terelakkan bagi siapa pun yang akrab dengan kekuatannya dan cintanya akan simbolisme sejarah.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.