TEL AVIV, KOMPAS.TV - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas memasuki hari kelima pada Selasa (28/11/2023) ini dengan kelompok Hamas berjanji melepaskan lebih banyak sandera untuk menunda dimulainya kembali serbuan Israel.
Sementara Israel di bawah tekanan yang makin keras untuk melindungi warga sipil Palestina saat melanjutkan serangannya.
Para pihak sepakat memperpanjang gencatan senjata hingga Rabu (29/11) besok, dengan dua pertukaran sandera tambahan. Namun Israel bersumpah melanjutkan perang dengan kekuatan penuh untuk menghancurkan Hamas atas seluruh Gaza, termasuk Gaza utara dan Gaza selatan.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) pun telah menekan Israel untuk menghindari pengusiran warga sipil lebih lanjut dan jatuhnya korban massal warga sipil Palestina jika melanjutkan serangan. Serta menekan agar operasinya harus lebih presisi di selatan Gaza daripada di utara, menurut pejabat Gedung Putih yang berbicara secara anonim.
Direktur CIA William Burns dan David Barnea, bos Mossad Israel, saat ini berada di Qatar yang bekerja sebagai mediator kunci dengan Hamas, untuk membahas perpanjangan gencatan senjata dan pelepasan lebih banyak sandera, kata seorang diplomat secara anonim karena kepekaan pembicaraan tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan kembali ke Israel dan Tepi Barat Palestina pekan ini, juga dengan tujuan memperpanjang gencatan senjata.
Adapun Hamas dan kelompok militan lainnya masih menahan sekitar 160 orang, dari total 240 yang disandera dalam serangan mereka ke Israel selatan pada 7 Oktober yang memicu perang.
Itu cukup untuk potensial memperpanjang gencatan senjata selama dua minggu lagi di bawah kerangka yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS, tetapi diperkirakan Hamas akan membuat tuntutan yang jauh lebih tinggi untuk melepaskan tawanan militer.
Adapun Israel bersumpah mengakhiri pemerintahan Hamas selama 16 tahun di Gaza dan menghancurkan kemampuan militer mereka. Hal itu hampir pasti memerlukan perluasan serangan darat dari utara Gaza ke selatan, di mana ratusan ribu pengungsi telah memadati tempat perlindungan PBB yang penuh sesak.
Baca Juga: Menhan Israel Yoav Gallant: Kami Akan Gempur Seluruh Gaza usai Gencatan Senjata
Israel menyalahkan jumlah korban yang tinggi pada Hamas, menuduh kelompok perlawanan Palestina itu menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia saat beroperasi di daerah padat penduduk.
Pembebasan sandera hari Senin membawa total 51 warga Israel yang dibebaskan selama gencatan senjata empat hari pertama, bersama dengan 19 sandera dari negara lain. Sejauh ini, 150 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel, yang mengatakan akan memperpanjang gencatan senjata satu hari untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan.
Para tawanan Palestina yang dibebaskan sejauh ini sebagian besar remaja yang dituduh melemparkan batu dan bom molotov selama konfrontasi dengan pasukan Israel. Beberapa di antaranya dinyatakan bersalah oleh pengadilan Israel atas upaya melancarkan serangan mematikan.
Para tawanan ini secara luas dianggap oleh warga Palestina sebagai pahlawan yang menentang pendudukan.
Sebagian besar sandera warga Israel yang dibebaskan Hamas terlihat dalam keadaan fisik yang baik, tetapi seorang perempuan berusia 84 tahun yang dibebaskan hari Minggu dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis karena tidak mendapatkan akses ke obatnya selama penahanan.
Mereka sebagian besar tetap menjauh dari sorotan publik, tetapi rincian tentang masa tahanan mereka mulai muncul.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.