PARIS, KOMPAS.TV - Kantor Berita Prancis AFP sengit membela kebijakan editorial mereka di depan parlemen Prancis terkait tuduhan bahwa media tersebut berpihak kepada Palestina dalam serangan Israel di Jalur Gaza.
CEO kantor berita Prancis tersebut, Fabrice Fries, memberikan kesaksiannya pada Selasa, 14 November 2023 lalu di hadapan Senat mengenai kebijakan editorial AFP yang dianggap oleh politisi Prancis sebagai tidak pro-Israel.
Melansir Anadolu, Kamis (16/11/2023), Fabrice menolak kecaman bahwa AFP bersikap bias dan condong ke Palestina, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar Le Parisien.
Fabrice di depan parlemen Prancis juga keras mempertahankan kebijakan editorial yang tidak menggunakan label "teroris" kepada Hamas sebagai kata sifat, kecuali dalam kutipan langsung.
Sebuah kutipan adalah salinan tepat atau versi terjemahan dari kata-kata orang lain, biasanya diapit oleh tanda kutip dan diatribusikan, atau dikaitkan langsung kepada pembicara asli.
Dia mencatat ini adalah kebijakan yang sudah berusia 20 tahun dan menjelaskan kebijakan tersebut berlaku untuk "semua gerakan, tanpa pengecualian".
Dalam pernyataan yang diterbitkan di situs web AFP tentang artikel yang ditulisnya pada 12 November untuk Le Monde, Fries mengecam para kritik yang "mendorong gagasan lama bahwa AFP sebenarnya merupakan singkatan dari Agence France-Palestine."
Baca Juga: Israel Tolak Seruan Dewan Keamanan PBB untuk Perpanjang Jeda Kemanusiaan di Gaza
Senator dan anggota parlemen sayap kanan Prancis sering kali mengecam AFP terkait liputannya sejak 7 Oktober, dianggap pro-Palestina dan kritis terhadap Israel.
Agresi Israel terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan 11.470 orang, termasuk 4.707 anak-anak, 3.155 perempuan, dan 668 lansia, dengan 29.000 lainnya terluka, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina hari ini.
Kementerian Kesehatan Palestina juga melaporkan bahwa di antara korban tewas tersebut terdapat 203 petugas kesehatan dan 36 anggota pertahanan sipil, sementara lebih dari 210 petugas kesehatan mengalami luka.
Selain itu, sebanyak 197 warga Palestina tewas akibat tembakan pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober, dan 2.750 lainnya terluka.
Dari jumlah yang tewas, sekitar 41 persen adalah anak-anak dan 25 persen adalah perempuan. Rata-rata, satu anak tewas dan dua lainnya terluka setiap 10 menit selama perang, sehingga menjadikan Gaza sebagai "kuburan bagi anak-anak," sesuai dengan pernyataan Sekretaris Jenderal PBB.
Hampir 200 tenaga medis, 102 staf PBB, 41 jurnalis, serta para pembela hak asasi dan pejuang di garis depan juga tewas, sementara puluhan keluarga dari lima generasi mengalami pemusnahan.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.