JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memberikan penghormatan dan pujian kepada staf di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, Selasa (14/11/2023).
Hal ini dilakukan atas usaha mereka yang heroik luar biasa untuk merawat pasien meskipun dikepung dan digempur pasukan Israel yang berkilah berusaha menghancurkan Hamas.
Rumah sakit ini berhenti berfungsi secara normal sejak Israel memulai serangannya di Gaza menyusul serangan mematikan Hamas di selatan Israel pada 7 Oktober, dan mengalami keterbatasan listrik, air, dan peralatan dasar.
Israel mengklaim rumah sakit Al Shifa berada di atas markas bawah tanah kelompok Hamas yang membantah keras tuduhan tersebut.
"Kami tahu tidak ada cukup makanan, staf berjuang untuk mendapatkan air bersih karena tangki air mereka hancur, tetapi mereka masih melakukan segala yang mereka bisa untuk terus memberikan perawatan medis bagi pasien yang sangat membutuhkan," kata juru bicara WHO, Margaret Harris, di Jenewa, Selasa (14/11)
"Kami masih menggambarkan Al Shifa sebagai rumah sakit yang berfungsi karena upaya heroik stafnya." kata juru bicara WHO Margaret Harris di Jenewa.
Harris mengatakan Al Shifa kini menangani 700 pasien yang ditangani 400 staf kesehatan, dan sekitar 3.000 orang yang mengungsi secara internal. Menurutnya, ada 20 kematian pasien dalam 48 jam terakhir meskipun situasinya bisa jauh lebih buruk.
"Semua orang di rumah sakit itu berada dalam situasi yang sangat sulit," katanya.
"Kita, sebagai dunia, harus mencari cara untuk membantu mereka. Cara terbaik adalah menghentikan pertikaian sekarang. Fokus pada menyelamatkan nyawa, bukan merenggut nyawa."
Baca Juga: 170 Jasad Warga Palestina Akhirnya Dimakamkan secara Massal di Halaman Rumah Sakit Al Shifa Gaza
Orang-orang di rumah sakit berencana untuk mulai mengubur jenazah di dalam kompleks fasilitas, kata dua sumber di rumah sakit tersebut, karena krisis sanitasi yang akut.
"Entah bagaimana pemahaman bahwa rumah sakit harus menjadi tempat yang aman, tempat orang datang untuk disembuhkan, dirawat ketika mereka dalam masalah, ketika mereka membutuhkan, itu telah terlupakan," kata Harris geram.
"Nampaknya ada kecenderungan untuk ingin mengubahnya menjadi tempat kematian, keputusasaan, dan tempat berbahaya, yang seharusnya tidak boleh terjadi."
Israel mengatakan kombatan Hamas membunuh lebih dari 1.200 orang dan membawa sekitar 240 orang kembali ke Gaza sebagai tawanan dalam serangan 7 Oktober.
Pejabat medis di Gaza yang dikelola Hamas mengatakan hampir 12.000 orang tewas terbunuh serangan Israel sejak saat itu.
Israel, yang menolak gencatan senjata dengan alasan dapat memungkinkan Hamas berkumpul kembali, membantah bahwa Al Shifa dikepung dan mengatakan pasukannya membuka rute keluar bagi mereka yang berada di dalam.
Tenaga medis dan pejabat di dalam rumah sakit mengatakan hal ini tidak benar dan mereka yang mencoba meninggalkan rumah sakit langsung ditembak mati tentara Israel.
Sumber : Straits Times / WHO / Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.