WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden AS Joe Biden hari Kamis, (10/11/2023) menegaskan tidak ada kemungkinan terjadinya gencatan senjata di Jalur Gaza. "Tidak ada. Tidak ada kemungkinan," kata Biden menjawab pertanyaan tentang peluang gencatan senjata saat dia meninggalkan Gedung Putih untuk perjalanan ke negara bagian Illinois.
Ketika ditanya apakah dia memiliki pembaruan mengenai pembebasan sandera, Biden mengatakan dia masih "optimis."
"Kami tidak akan berhenti sampai kami bisa membebaskannya," kata dia ketika ditanya tentang pesan kepada keluarga sandera.
Pernyataan ini muncul beberapa jam setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, mengumumkan bahwa Israel setuju untuk memberlakukan jeda kemanusiaan selama empat jam setiap hari di bagian utara enklave yang terkepung.
Jeda singkat tersebut akan memungkinkan bantuan kemanusiaan dipindahkan ke daerah-daerah di mana mereka diimplementasikan dan akan memungkinkan warga Palestina "untuk keluar dari jalur bahaya," menurut Kirby.
Pasca Agresi Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat, jumlah kematian akibat dibunuh Israel melonjak menjadi paling sedikit 10.966 warga sipil, dengan lebih dari 28.500 individu terluka, demikian yang diumumkan Kementerian Kesehatan dalam pembaruan pada malam ini.
Baca Juga: Perbedaan Jeda Kemanusiaan dan Gencatan Senjata Kemanusiaan terkait Perang Israel-Hamas
Dalam pernyataannya, Kementerian kesehatan Palestina di Gaza menyatakan jumlah kematian akibat dibunuh tentara Israel di Jalur Gaza mencapai 10.790 warga sipil, sementara jumlah kematian di Tepi Barat meningkat menjadi 176 orang. Selain itu, 26.000 warga Palestina terluka di Gaza, dan hampir 2.450 lainnya di Tepi Barat.
Pada tanggal 29 Oktober, kata kementerian, dilaporkan bahwa sekitar 2.650 warga Palestina, termasuk setidaknya 1.400 anak, hilang, yang mungkin terjebak atau tewas di bawah reruntuhan, menunggu penyelamatan.
Dari 35 rumah sakit di Gaza, 18 saat ini tidak beroperasi karena kampanye pengeboman Israel dan habisnya cadangan bahan bakar.
Kekurangan bahan bakar telah membuat para dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi tanpa bius yang memadai, termasuk bagi mereka yang terluka dalam serangan udara dan wanita yang menjalani operasi caesar.
Sejak 7 Oktober, pihak berwenang Israel telah mencegah pasien di Gaza untuk meninggalkan wilayah tersebut guna mencari perawatan di rumah sakit di Yerusalem dan di dalam tanah yang diduduki pada tahun 1948, termasuk sekitar 2.000 pasien yang menderita kanker.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 10.000 warga sipil telah tewas, termasuk lebih dari 4.400 anak, sejak 7 Oktober ketika konflik dimulai setelah serangan lintas batas oleh Hamas yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.
Sumber : WAFA / Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.